Secara Global, Gaji Perempuan Masih Lebih Rendah meskipun memiliki bidang kerja yang sama, gaji perempuan lebih rendah dari laki-laki (foto:dailymail.co.uk)

Secara Global, Gaji Perempuan Masih Lebih Rendah

PinkKorset.com, Jakarta – Riset yang dilakukan di berbagai belahan dunia menunjukkan bahwa gaji yang diperoleh perempuan lebih rendah ketimbang laki-laki.

Rata-rata kesenjangan upah antar gender di dunia mencapai 18%. Negara-negara di Eropa, Oceania dan Amerika Latin umumnya lebih positif dari Asia dan Afrika.  Adapun kesenjangan upah setinggi  46% ditemukan di Azerbaijan, dan terendah yakni 4% ditemukan di Paraguay. Di Indonesia sendiri, kesenjangan upah antargender mencapai 19% pada 2012.

Inggris

Sarjana perempuan mendapat gaji lebih rendah dibandingkan lelaki. Perbedaan gaji ini terjadi bahkan jika mereka adalah lulusan universitas yang sama dan berasal dari satu jurusan.

Riset dilakukan oleh Higher Education Careers Services Unit (Hecsu) lembaga penelitian independen di Manchester Inggris yang melayani kawasan Inggris dan Irlandia.

Data dikumpulkan dari 17 ribu lulusan universitas yang disebut  Futuretrack. Hasil studi menunjukkan bahwa gaji dari separuh sarjana perempuan berkisar antara £15.000 (Rp 218 juta) dan £23.999. Sedangkan lulusan laki-laki cenderung membawa pulang gaji sebesar £24.000 atau lebih. Analisis ini tidak meliputi pekerja paruh waktu atau penganggur.

Jane Artess, peneliti dari Hescu mengatakan, distribusi gaji itu sangat tidak merata. Meskipun peluang setara terhadap pekerjaan dan gaji telah diperkuat di legislasi selama 40 tahun.  Satu-satunya area dimana bayaran perempuan sama dengan lelaki adalah di sektor non profit

 

Australia

Studi yang dilakukan Badan Kesetaraan Gender di Lingkungan Kerja (WGEA) menemukan besarnya jurang pendapatan perempuan dan laki-laki di Australia.

Total selisih gaji yang diperoleh karyawan laki-laki dan perempuan untuk pekerjaan full time setiap minggunya mencapai 266 dolar Australia (Rp 2,7 juta). Ini berarti, selama 1 tahun, total selisih pendapatan mereka hampir mencapai 14 ribu dolar.

Carla Harris dari WGEA mengatakan, gap pendapatan ini terus membesar ketimbang 20 tahun lalu. “Faktanya, selisih itu terus meningkat sejak 2004, dari hanya 15 mencapai 17,5 persen pada tahun lalu,” ujarnya.

Dengan posisi ini, rata-rata perempuan yang bekerja full time mendapat upah 82 sen, sedangkan laki-laki 1 dolar. WGEA juga menuturkan, rata-rata perempuan harus bekerja 64 hari lebih banyak dalam setahun dibandingkan laki-laki untuk mendapat penghasilan yang sama.

Tidak hanya itu. Perbedaan pendapatan di kalangan pekerja perempuan lulusan universitas juga mencapai dua kali lipat dengan selisih 2.000 hingga 5.000 dolar. Ketua Dewan Usaha Kecil Amanda Lynch mengatakan, angka ini menunjukkan perempuan lulusan universitas lebih sulit memperoleh pekerjaan, terutama di bidang pekerjaan yang biasa didominasi laki-laki.

Namun, mulai 2014, pelaku bisnis harus melaporkan tingkat upah yang mereka bayarkan berdasarkan jenis kelamin karyawan dan strategi yang akan diterapkan untuk mengatasi jurang pendapatan karyawan perempuan dan laki-laki di perusahaan mereka. Hal ini diberlakukan kepada semua pelaku usaha non-pemerintah dengan jumlah pekerja 100 orang atau lebih.

 

Amerika

Sementara survei yang dilakukan oleh Payscale menunjukkan bahwa di Amerika, perempuan digaji lebih sedikit dibandingkan laki-laki. Namun, kesenjangan gaji tidak terlalu besar untuk tingkat pengalaman, bidang pekerjaan serta keterampilan dan sertifikasi yang sama.

Di antara pekerja non-manajerial, Payscale menemukan tidak ada kesenjangan gaji, pada pekerjaan yang sama. Pada tingkat yang lebih senior, perempuan mendapat penghasilan agak lebih sedikit dari laki-laki, namun kesenjangan terbesar hanya 8,5 persen, jauh lebih rendah dari yang sering disebutkan (23 persen).

Dan kesenjangan itu mungkin diakibatkan eksekutif laki-laki memiliki jam kerja yang lebih banyak, perjalanan dinas yang lebih banyak dan menghabiskan lebih banyak waktu dengan klien ketimbang perempuan.

Perempuan cenderung berpenghasilan lebih rendah secara keseluruhan karena mereka cenderung bekerja di bidang-bidang seperti kesehatan, pendidikan dan pekerjaan sosial yang memberikan penghasilan lebih sedikit dari bidang yang didominasi laki-laki seperti bidang perdagangan, teknik dan jasa keuangan.

Katie Bardaro, ekonom utama Payscale menambahkan, perempuan tidak masuk ke angkatan kerja secara membabi buta, dan mereka bisa berkompromi. “Perempuan mempertimbangkan banyak faktor, bukan hanya tentang uang. Banyak perempuan memilih pekerjaan dengan tingkat fleksibilitas tertentu. Dan itu, kebetulan, sering menguntungkan laki-laki dalam hidup mereka.

 

Indonesia

International Labour Organization (ILO) menemukan masih ada kesenjangan upah antargender di Indonesia dengan selisih hingga 19% pada 2012, perempuan memperoleh upah rata-rata 81% dari upah laki-laki, meskipun memiliki tingkat pendidikan dan pengalaman yang sama.

Di Indonesia, perempuan mewakili sekitar 38% layanan sipil, tetapi lebih dari sepertiganya melakukan pekerjaan tradisional, seperti mengajar dan mengasuh, yang cenderung memperoleh upah kurang dari pekerjaan yang didominasi laki-laki.