Pilpres Aman, Ekonomi Indonesia Cerah [google]

Pilpres Aman, Ekonomi Indonesia Cerah

PinkKorset.com, Jakarta –  Pemilihan presiden pada 9 Juli kemarin mendapat respon positif pelaku pasar. Perekonomian Indonesia pun membuncah, dengan sejumlah peningkatan.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Kamis (10/7/2014) dibuka menembus level 5.100, dengan naik 109,97 poin atau 2,19% ke level 5.134,68. Ini adalah rekor dalam sejarah pasar modal Indonesia sepanjang 2014, setelah pada 20 Mei 2013 mencetak rekor tertinggi di level 5.204,97.

Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Hoesen menilai, indeks melesat karena pasar merespon positif berjalannya pilpres secara damai dan aman. Hal itu menciptakan suasana yang kondusif dan berhasil mempertahankan kepercayaan para investor untuk tetap bertransaksi di pasar modal. “Partisipasi luar biasa dari masyarakat harus diapresiasi sehingga menciptakan kepercayaan pasar,” ucapnya.

Melesatnya IHSG juga membuat Bursa Efek Indonesia (BEI) optimistis, target 30 emiten yang melantai di bursa tercapai pada tahun ini. Apalagi saat ini sudah tercatat sebanyak 16 emiten. “Pasti, Alhmdulilah, Insya Allah,”ucapnya.

Kepala Riset PT Universal Broker, Satrio Utomo mengatakan, IHSG memang bergerak reli tetapi sangat berat. Laju IHSG dipicu perhitungan cepat yang menunjukkan calon presiden urut nomor dua Joko Widodo dan calon wakil presiden Jusuf Kalla unggul.

Selama ini calon presiden urut nomor dua Joko Widodo cenderung diterima pasar. “IHSG reli karena kemenangan Joko Widodo. Akan tetapi pasar sangat berhati-hati dalam menyikapinya,” ujarnya.

Dari hasil sementara quick count yang dilakukan oleh 12 lembaga survei, delapan menyimpulkan bahwa pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla unggul pada pemilu kal ini, dengan rata-rata kemenangan 52% suara.

Rupiah pun menguat 

Selain IHSG, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pagi ini menguat sebesar 54 poin menjadi Rp11.571 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp11.625 per dolar AS.

“Optimisme pasca pelaksanaan pemilu presiden yang terkendali membuat laju nilai tukar rupiah masih berada dalam tren penguatan,” ujar Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada di Jakarta.

Meski proyeksi perhitungan suara capres-cawapres cenderung berimbang, namun ia menilai kondisi itu tidak akan membuat kekisruhan di dalam negeri.

Faktor lain penguatan rupiah adalah kenaikan posisi cadangan devisa per Juni 2014, suksesnya penyerapan surat utang negara (SUN), perkiraan stagnannya suku bunga BI rate di level 7,5% dan tren penurunan harga minyak dunia.

Senada dengan Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA), David Sumual yang menilai penguatan rupiah yang terjadi hari ini lebih karena dipicu pemilihan presiden yang berlangsung aman dan lancar.

“Pemilihan presiden kemarin menjadi sentimen positif bagi rupiah karena tidak terdengar ada kericuhan, tidak ada masalah di logistik, masih aman ya,”ujarnya.

Menurutnya, para pelaku pasar kini tengah menanti konfirmasi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengenai siapa pemenang yang akan menjadi pemimpin baru negeri ini. Berita-berita da sejumlah faktor domestik juga memberikan pengaruh yang lebih kuat dibandingkan faktor regional.

“Kalau selisih perolehan suara yang berasal dari hasil hitung cepat berada di level 1 persen-3 persen, kemungkinan masih bisa berubah di KPU. Karena bisa dianggap margin of error,” ujarnya.

Sebaliknya, berdasarkan beberapa kali pemilihan presiden sebelumnya, hasil hitung cepat cenderung sama dengan hasil yang diumumkan KPU jika selisihnya berada di atas 3 persen.

Sementara dari faktor ekonomi, kondisi defisit transaksi berjalan masih cenderung mengkhawatirkan. Pasalnya, pemerintah belum menunjukkan langkah yang signifikan untuk mengatasi sisutasi tersebut.

Menurutnya, para pelaku pasar masih menanti struktur kabinet serta portofolio kabinet di bidang ekonomi. Salah satunya janji Jokowi untuk tidak bagi-bagi kursi di Kabinet dan akan membuat kabinet lebih ramping.

“Nah kini pasar sedang menunggu bukti dari janji tersebut. Jika terbukti benar ya akan menjadi sentimen positif bagi rupiah,” katanya.

Ia pun memprediksi, rupiah di akhir tahun akan bertengger di level 11.500-11.600 per dolar AS.