Oscar Lawalata Bangkitkan Suasana Mistis Keraton Jawa [Juve]

Oscar Lawalata Bangkitkan Suasana Mistis Keraton Jawa

PinkKorset.com, Jakarta – Senja menjelang, lantunan musik khas Jawa pun terdengar, membangkitkan suasana mistis keraton Jawa jaman dulu.  

Tak lama, beberapa perempuan sawo matang dengan rambut cepol muncul satu persatu. Dalam ruang yang temaram, terlihat gerak tubuh mereka yang gemulai, dalam busana batik motif lama, dengan potongan modern.

Berkumpul di tengah panggung, mereka berpose dengan gerakan perlahan, mencerminkan tindak tanduk perempuan keraton yang diajarkan untuk lemah lembut dan selalu berhati-hati.

Bertajuk ‘The Ceremony of Java’ Oscar Lawalata berhasil membawa atmosfer keraton Jawa di panggung JFW 2015, Senayan City, Jakarta, Selasa (4/11/2014). Tema ini dipilih untuk mengambarkan ritual upacara yang pasti dihadapi manusia dalam hidupnya, yakni kelahiran, pernikahan dan kematian.

Oscar-Lawalata

Oscar adalah salah satu desainer yang selalu membawa kebudayaan Indonesia dalam setiap karyanya. Kali ini, ia mengaku terinspirasi dari keanggunan para penari Bedoyo yang merupakan tarian khas Keraton dari abad ke-3. “Gerak tarinya, keindahan dan keanggunannya, semua menginspirasi koleksi saya,” ujarnya pada jumpa pers di JFW, Jakarta.

Dalam koleksi yang terdiri dari 48 busana mulai dari ready-to-wear hingga night gown, laki-laki berusia 37 tahun ini menyuguhkan motif-motif batik lama dan kain batik prada emas yang merupakan gambaran akan kekuatan keraton dan ningrat Jawa.

Motif batik yang dicetak dalam tinta emas di atas material sutra hitam atau dikenal dengan batik prada, didesain secara elegan dan modern. Kreasinya dipadupadankan secara apik dengan aksesoris khas Jawa buatan desainer perhiasan asal Belanda, Mada Van Gaans.

Kolaborasi dua desainer yang didukung oleh pusat kebudayaan Belanda, Erasmus Huis ini menghadirkan koleksi yang kental dengan budaya Jawa dari ujung kepala hingga ke ujung kaki.

Mada mendesain 60 aksesoris khas Jawa untuk menunjang tampilan koleksi busana siap pakai dan gaun malam tersebut.  Terinspirasi bentuk pewayangan dalam rancangan perhiasannya, Mada mengkreasikan anting, hiasan telinga, kepala, kalung maupun hiasan untuk konde dalam permainan warna hitam, emas dan perak yang edgy, futuristik dan feminim.

“Aksesoris yang saya buat berbahan dasar kulit, tembaga dan perak. Saya terinspirasi dari wayang golek, wayang kulit dan budaya Jawa tahun 1960-an, namun dikemas dengan sentuhan modern,” katanya.

Mengaku pernah magang di Yogyakarta, Mada banyak mengenal kebudayaan Jawa. Ia menemukan banyak sekali teknik membuat aksesoris Jawa. Namun, tidak cukup waktu setahun untuk mendalaminya.

“Indonesia menjadi sumber inspirasi dari setiap karya saya selain itu saya juga banyak belajar dari pengrajin lokal saat mengunjungi kota Yogyakarta, ” tutur Mada.