Kosmetik Lokal Tidak Kalah Dengan Produk Impor

PinkKorset.com, Jakarta – Berbekal kekayaan sumber daya alam Indonesia, pengusaha UKM tanah air mampu memproduksi kosmetik yang berkualitas.

Nuning S. Barwa, President of the ASEAN Cosmetic Association (ACA) mengatakan, produk kosmetik buatan UKM Indonesia berkualitas dan tidak kalah dengan produk luar negeri.

“Produk kosmetik UKM kita sudah bagus. Bahkan 12 UKM kosmetik natural di Bali berpotensi menjadi produk ekspor,”ujarnya pada acara ASEAN Cosmetics Leaders Forum (ACLF) di Jakarta, awal pekan ini.

Saat ini, produk kosmetik UKM yang paling digemari adalah produk spa dengan parfum dari minyak esensial,”Produk ini diproduksi di dalam negeri dengan kemasan unik,”katanya.

Performa kosmetik UKM

Performa industri kosmetika Indonesia secara lokal dan internasional cukup baik. Berdasarkan data Euromonitor International 2013, industri kosmetik Indonesia tumbuh 20%. “Meski ekspor yang ditangani BPOM masih rendah, produk ini punya potensi luar biasa,” ucap Roy Alexander Sparringa, Kepala Badan POM.

Menurut data Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia (PERKOSMI), sebanyak 400 anggotanya memiliki 760 perusahaan kosmetika, 23 diantaranya merupakan perusahaan besar dan sisanya UKM.

Sedangkan berdasarkan data BPOM pada 2014, dari 36.642 produk kosmetik yang terdaftar di Indonesia, sebanyak 14.656 produk adalah produk dalam negeri. Sedangkan dari produk kosmetik lokal tersebut, 4.485 diantaranya merupakan kosmetik buatan UKM.

Produk kosmetik UKM pun kini berpeluang bersaing di pasar yang lebih luas, terutama dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Faktor kesamaan iklim, sosial budaya, daya beli, membuat konsumen ASEAN memiliki preferensi yang sama dengan konsumen Indonesia. Demikian menurut riset AC Nielsen.

Bagaimanapun, beberapa kendala masih menghalangi upaya membawa produk Indonesia ke luar negeri. Salah satunya bahasa, yang menjadi hambatan komunikasi pelaku UKM kosmetik yang ingin berpromosi di luar negeri.

Dana juga menjadi kendala yang cukup serius. Pasalnya, keterbatasan dana membuat para pelaku UKM sulit mendapat partner di negara tujuan ekspor. ”Kemudian masalah likuiditas, biasanya setelah produk mereka laku baru dibayar dan biaya ekspor mereka yang menanggung,” tambah Nuning.

Ia pun berharap pihak perbankan mau memberi bantuan pinjaman lunak agar kosmetik buatan UKM ini bisa bersaing di pasar global.