‘Masa Emas’ Anak Belajar Bahasa Asing [ddsb]

‘Masa Emas’ Anak Belajar Bahasa Asing

PinkKorset.com – Banyak orangtua yang menginginkan anaknya mampu berbahasa asing sedini mungkin. Hal ini merujuk pada masa emas anak.

Usia dini sering dikaitkan dengan masa emas anak, karena pada periode inilah daya serap anak berada pada tingkat tertinggi, sehingga mereka mudah mencerna dan memahami banyak hal, termasuk bahasa asing.

Dr. Bambang Kaswanti Purwo, guru besar linguistik di Universitas Atma Jaya Jakarta mengatakan, usia 6 – 12 tahun merupakan masa emas atau paling ideal untuk belajar bahasa selain bahasa ibu (bahasa pertama).

Alasannya, otak anak masih plastis dan lentur, sehingga proses penyerapan bahasa lebih lancar. Selain itu, daya penyerapan bahasa pada anak berfungsi secara otomatis.

Hal serupa diungkapkan ahli neurologi Eric H. Lennenberg yang menilai bahwa sebelum masa pubertas, otak anak lebih lentur, sehingga memudahkan mereka belajar bahasa.

Menurut Eric, setelah masa pubertas, kemampuan otak seseorang makin berkurang sehingga pencapaiannya pun tidak maksimal. Kendati demikian, orang dewasa dengan inteligensia rata-rata pun mampu mempelajari bahasa kedua selewat usia 20 tahun.

“Bahkan ada yang mampu belajar berkomunikasi bahasa asing pada usia 40 tahun,”ujarnya.

Bambang menjelaskan, menurunnya kemampuan otak seseorang selewat masa pubertas terjadi karena adanya hambatan pembelajaran bahasa (language learning blocks).

“Jadi, maklum bila belajar bahasa selewat masa pubertas, justru lebih repot daripada ketika usia lima belas atau lima tahun,” katanya.

Penguasaan bahasa asing

Bila mengaitkan antara usia dan penguasaan aspek tertentu dari bahasa asing, maka terlihat bahwa seseorang lebih mampu menguasai aksen bahasa asing di usia dini.

Misalkan saja riset yang dilakukan Mark S. Patkowski. Menurutnya, masa peka penguasaan susunan kata dan kalimat (sintaksis) bahasa asing adalah masa sampai usia 15 tahun.

Ini berarti, anak yang diperkenalkan pada bahasa asing sebelum usia 15 tahun mampu menguasai sintaksis bahasa asing seperti penutur asli. Sebaliknya, orang dewasa hampir tak mungkin menguasai aksen bahasa asing.

Penelitian Ann Fathman juga menunjukkan bahwa anak berusia 6 – 10 tahun lebih mampu menguasai fonologi (tata bunyi) bahasa Inggris. Sedangkan anak berusia 11 – 15 tahun lebih berhasil pada penguasaan morfologi (satuan bentuk bahasa terkecil) dan sintaksisnya.

Tidak jauh berbeda dengan Thomas Scovel yang menyebutkan, kemampuan menguasai aksen bahasa asing berakhir sekitar usia 10 tahun. Sedangkan penguasaan kosa kata dan sintaksis, menurut catatannya, tidak mengenal batasan usia.