Kapan Perlu Melakukan Program Bayi Tabung? [pacificfertilitycenter]

Kapan Perlu Melakukan Program Bayi Tabung?

PinkKorset.com, Jakarta – Tidak jua memiliki keturunan, kerap memunculkan ide untuk mengikuti program bayi tabung. Namun, kapan waktu yang tepat?

Sebanyak 60% – 70% pasangan yang telah menikah, memiliki anak pada tahun pertama pernikahan mereka. Sebanyak 20% memiliki anak pada tahun ke-2 usia pernikahannya. Sedangkan 10% – 20% sisanya akan memiliki anak pada tahun ke-3 atau lebih, atau tidak pernah memiliki anak.

Anggota Tim SMART IVF di Fertility Centre SSMH dr. Yassin Yanuar Mohammad, SpOG mengatakan, pasangan suami istri dinilai sudah membutuhkan program bayi tabung bila mengalami infertilitas dan mendeteksi adanya satu dari beberapa faktor gangguan kesuburan (fertilitas).

“Infertilitas adalah kegagalan salah satu pasangan mendapatkan kehamilan setelah melakukan hubungan seksual dengan benar selama satu tahun tanpa memakai kontrasepsi, katanya saat jumpa pers Sahid Sahirman Fertility Center di Jakarta, Selasa (29/3/2016).

Walaupun pasangan suami istri dianggap infertil, bukan tidak mungkin kondisi infertil sesungguhnya hanya dialami oleh sang suami atau sang istri. Hasil penelitian membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri 40-55%, keduanya 10% dan idiopatik 10%.

Sementara gangguan kesuburan bisa berasal dari faktor sperma yang tak bisa dikoreksi, sumbatan kedua saluran telur, kista cokelat (endometriosis), gangguan pematangan sel telur yang tidak bisa dikoreksi dan faktor lain yang tak bisa dijelaskan,”

 

Program bayi tabung adalah salah satu solusi mendapatkan kehamilan, dengan cara mempertemukan sperma dan sel telur di luar tubuh manusia. Sebelum melakukan program ini, ada delapan tahap yang harus dijalani, yakni pemeriksaan (USG, hormon, saluran telur dan sperma), penyuntikan obat penekan hormon, injeksi obat untuk memperbesar sel telur, pengambilan sel telur, pembuahan, pengembangan embrio, penanaman embrio dan menunggu hasil.

“Waktu yang dibutuhkan satu kali program 4 – 6 minggu dengan tingkat keberhasilan 40 – 50 persen,” katanya lagi.

Selain itu, keberhasilan program bayi tabung dipengaruhi usia calon ibu, cadangan sel telur dan faktor-faktor penyebab infertilitas. Salah satu cara untuk mengamankan risiko ini adalah menyimpan sel telur maupun sperma di bank sperma atau sel telur sebelum menikah atau usia muda (perempuan sebelum usia 35 tahun).

Dr. Yassin menjelaskan, perempuan di atas usia 35 tahun mengalami penurunan jumlah dan kualitas sel telur.

“Pada usia 35 tahun perempuan pasti mengalami penurunan jumlah dan kualitas sel telur. Apalagi bila usia biologi lebih tua dari usia kronologis,” ucapnya.

Meski demikian, program bayi tabung juga tak lepas dari komplikasi, antara lain hiperstimulasi ovarium, kehamilan ganda, hammil di luar kandungan dan infeksi atau perdarahan saat pengambilan sel telur.