Perempuan Indonesia di Panggung Amerika

PinkKorset.com, Philadelphia – Ima Matul menjadi perempuan Indonesia pertama yang berdiri di panggung konvensi Partai Demokrat AS dan menuturkan kisahnya. Apa yang membuatnya berada di panggung itu?

Lahir dan besar di Indonesia, Ima Matul Maisaroh menginjakkan kakinya di Los Angeles, California, pada 1997 karena ingin jadi TKI. Ketika itu ia masih berusia 17 tahun, dijanjikan gaji sebesar US$150 per bulan sebagai pengasuh bayi (nanny) dan asisten rumah tangga. Namun yang terjadi sebaliknya.

Ia dipaksa bekerja lebih dari 12 jam per hari tanpa istirahat, membersihkan rumah dan mengurus anak majikannya. Tak sedolar pun masuk ke kantong Ima, bicara dengan orang lain pun tak boleh. Siksaan fisik dan verbal menjadi makanannya sehari-hari selama tiga tahun sebelum ia kabur.

Tak begitu mengerti Bahasa Inggris, Ima hanya bisa menyampaikan catatan ke seorang tetangga bertuliskan ‘Request Help’. Si tetangga menolongnya, kemudian membawa Ima ke organisasi yang berjuang memberantas human trafficking. Di tempat itulah Ima kini bekerja.

Coalition to Abolish Slavery, begitu namanya, telah diakui Presiden Barack Obama sebagai pemimpin dalam upaya menghentikan perdagangan manusia. Ima pun mendapatkan kesempatan menyampaikan pengalamannya di depan ribuan orang yang menghadiri Democratic National Convention (DNC), Selasa (26/7/2016).

Salah satu faktor yang kemungkinan membuat kesempatan bergengsi ini mampir ke tangannya adalah Ima yang diangkat Presiden Barack Obama menjadi salah satu dari sepuluh anggota Dewan Penasihat Gedung Putih. Khususnya program penanggulangan perbudakan dan perdagangan manusia.

Konvensi yang disiarkan lewat televisi nasional dan menjadi trending topic di berbagai media sosial ini digelar dalam rangka mendeklarasikan dukungan Partai Demokrat untuk Hillary Clinton sebagai capres. Ia akan melawan capres dari Partai Republik, Donald Trump.

Sebelum perdagangan manusia menjadi perhatian masyarakat kita, kata Ima, sebelum ada hukum untuk melindungi korban dan bahkan sebelum ia meloloskan diri dari jeratannya, Hillary Clinton sudah melakukan banyak upaya mengatasi perbudakan modern.

“Sepanjang karirnya, Hillary terus berjuang,” ujar perempuan kelahiran Malang, Jawa Timur ini. Tak hanya Hillary, tapi Clinton Global Initiative, bagian dari Clinton Foundation yang diprakarsai suaminya, mantan Presiden AS Bill Clinton, memang amat getol memperjuangankan perdagangan manusia.

Ima meminta para pemilih AS untuk mendukung Hillary Clinton dalam pemilihan presiden selanjutnya, agar perjuangan anti-perbudakan modern bisa terus dilakukan. Perempuan yang berkewarganegaraan AS inipun memiliki harapan jika Hillary Clinton bisa menjadi presiden.

“Saya berharap, kita bisa mengakhiri human trafficking,” ujarnya dalam Bahasa Inggris berlogat Indonesia.