Jangan Terlalu Banyak Melamun [familyanatomy]

Jangan Terlalu Banyak Melamun

PinkKorset.com – Kita semua pernah melamun. Pikiran yang melayang kadang pertanda memori kita bekerja. Namun apa akibatnya jika terlalu banyak melamun?

Pikiran yang melayang bisa menciptakan dunia bagi diri sendiri dan mengeksplorasi fantasi itu. Sebuah studi pada 2012 menyebutkan, pikiran yang melayang adalah tanda memori kuat. Tapi ternyata, melamun juga memiliki sisi gelapnya.

Beberapa orang tidak sekadar duduk memandangi luar jendela dan mendengarkan musik. Kadang, melamun bisa mempengaruhi kehidupan. Ini pertama ditemukan pada 2002 oleh profesor psikologi klinis di Haifa University, Eli Somer.

Profesor Somer menemukan, enam pasiennya mengembangkan fantasi yang dalam dan sulit untuk menghentikannya. Mereka menghabiskan terlalu banyak waktu dalam pikirannya sendiri dan merusak hubungan di dunia nyata.

Dalam paper yang telah diterbitkan, Somer menjelaskan gejala mereka dan menyebut kondisi ini ‘maladaptive daydreaming’. Sejak itu, ia banyak dihubungi orang yang merasa dirinya melamun secara berlebihan.

Somer pun ingin ‘maladaptive daydreaming’ mulai dikategorikan sebagai gangguan psikis. Ia yakin, gejalanya tergolong gangguan mental. Penderitanya memang bisa memilah antara dunia nyata dan fantasi, serta tidak menderita halusinasi.

“Tapi, mereka sulit berhenti saat sedang melamun,” tulisnya. Ada kegiatan yang mereka lakukan berulang saat melamun seperti berjalan mondar-mandir. Fantasi mereka pun melibatkan karakter dan plot yang mendetil.

Melamun yang paling umum adalah memiliki kehidupan dengan selebritas sebagai teman dekat. Riset mengenai ‘maladaptive daydreaming’ masih berada di tahap awal. Pada beberapa kasus, bisa didahului dengan kelainan obsesif-kompulsif (OCD).

Ada pula yang melamun karena menjadi korban tindakan kekerasan, sehingga membutuhkan semacam mekanisme pertahanan dengan menciptakan sebuah dunia baru.

Melamun memang tidak terdengar seperti kelainan. Namun ketika mempengaruhi kehidupan sehari-hari, maka tergolong gangguan. Seperti yang dilakukan salah satu pengidapnya, Natalie Switala, kepada The Wireless.

“Logika cacat saya berkata, mengapa jalani hidup jika mimpi saya lebih baik? Saya tak pernah ingin bepergian karena di mimpi, saya sudah mendaki Menara Eiffel jutaan kali,” paparnya.