CRT Solusi Cepat Masalah Kulit [yelp]

CRT Solusi Cepat Masalah Kulit

PinkKorset.com, Jakarta – Combination Rejuvenation Treatment (CRT) menjadi metode singkat dan tepat perawatan peremajaan kulit.

Perawatan peremajaan kulit (rejuvenasi) diperlukan ketika tanda kulit tidak sehat muncul, seperti kusam, keriput, warna kulit tidak rata, kering dan tekstur tidak halus. Kondisi ini dapat dipicu faktor usia maupun penuaan dini. Acap kali perawatan kulit membingungkan dan membutuhkan waktu lama. Adanya terapi Combination Rejuvenation Treatment (CRT) dapat menjadi solusi.

Direktur Pelayanan Medis Bamed Skin Care dr. Adhimukti T. Sampurna menjelaskan, CRT muncul akibat permintaan pasien yang sibuk namun mendambakan perawatan sehari-hari yang ringkas, hasil cepat dan dengan masalah kulit derajat sedang-berat.

“CRT bukan konsep baru di dunia estetika tetapi perawatan ini baru pertama kali dipublikasi sebagai konsep perawatan peremajaan (rejuvenation treatment),” ucapnya saat acara perkenalan CRT Bamed Skin Care di Jakarta, Selasa (6/12/2016).

CRT merupakan terapi kombinasi prosedur rejuvenasi konvensional (peeling, mikrodermabrasion dan radiofrequency) dengan penggunaan peralatan terbaru (Laser QS NdYag, Laser CO2 Fractional dan Hyperbaric O2).

Pakar kecantikan Bamed Skin Care, dr. Radityo Anugrah, SpKK mengatakan, adanya terapi kombinasi ini karena masalah kulit yang timbul berbeda-beda dan tidak ada satu alat yang dapat pecahkan semua masalah sekaligus.

“Teknik rejuvenasi ini bersifat personal (intensitas, waktu dan kombinasi alat tidak sama antar pasien), membutuhkan kompetensi dan seni dari dokter spesialis kulit & kelamin,” katanya.

Dr. Didit, sapaan akrabnya menambahkan, terapi CRT dapat diterapkan pada kelainan kulit seperti jerawat, masalah pigmentasi derajat berat, perawatan kulit singkat sebelum pernikahan hingga orang dengan kondisi khusus yang menyebabkan adanya keterbatasan penggunaan krim (ibu hamil).

“Awalnya memang mahal tetapi akhinya justru hemat karena kunjungan berikutnya hasil terapi sudah dicapai tanpa downtime (waktu kulit beradaptasi usai terapi) yang lama,” sambungnya.

Kendati memberikan hasil optimal, risiko terapi CRT dua kali lipat akibat efek samping setiap alat berbeda-beda. Faktor risiko ini berkaitan erat dengan kompetensi dokter.