Berdayakan Perempuan Melalui Tata Rambut

PinkKorset.com, Jakarta – Para perempuan terutama dari kalangan tidak mampu, kini bisa menjadi penata rambut profesional. 

Melalui program pemberdayaan perempuan Beauty for A Better Life (BFBL), L’Oréal Indonesia mencetak para perempuan tulang punggung keluarga yang tidak mampu, menjadi tenaga tata rambut siap kerja.

Presiden Direktur PT L’Oréal Indonesia Umesh Phadke menjelaskan, peluang ini terbuka lebar bagi para perempuan Indonesia untuk menggapai kehidupan lebih baik. Salah satunya melalui pelatihan tata rambut gratis..

“Kami percaya bahwa sisi kecantikan mampu meningkatkan percaya diri dan kehidupan lebih baik untuk perempuan,” ucapnya saat acara L’Oréal Beauty for A Better Life di Jakarta, baru-baru ini.

Mengapa penata rambut?

Profesi penata rambut (hairdresser) di Indonesia terbilang sangat menjanjikan. Survei Kantar pada 2015 menyebutkan, 71% perempuan Indonesia rutin mengunjungi salon sebanyak 5-14 kali per tahun. Bahkan estimasi jumlah salon di Indonesia mencapai 117.000 salon dengan nilai pasar Rp1,3 triliun.

BFBL di Indonesia 

BFBL diinisiasi L’Oréal Foundation sejak 2009 untuk membantu meningkatkan taraf hidup perempuan kurang mampu di seluruh dunia melalui pelatihan keterampilan kecantikan. Sejak 2015, program ini telah diterapkan di 22 negara melalui 53 pusat pelatihan bermitra dengan 29 NGO dan menghasilkan 3142 lulusan.

BFBL merupakan salah satu bentuk corporate social responsiblity (CSR) PT L’Oréal Indonesia yang berlandaskan pilar beauty. Program ini berlangsung di tujuh pusat pelatihan L’Oréal yang tersebar di Jakarta, Bekasi, Karawang, Cianjur, Sukabumi, Mataram dan Pontianak.

Tiap kelas per angkatan dibatasi 15 peserta dan memakan waktu pelatihan 4,5-6 bulan, lengkap dengan praktik kerja lapangan. Edukasi yang diberikan meliputi pengguntingan, pengertingan, pelurusan dan pewarnaan rambut.

Di Indonesia, BFBL dimulai sejak 2014 bermitra dengan Yayasan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) dengan tujuh pusat pelatihan dan melahirkan 416 lulusan hingga tahun ini.

Sebanyak 63% lulusan BFBL memilih profesi hairdressing sebagai tenaga kerja maupun wirausaha (membuka salon). “Kami menargetkan 20.000 lulusan BFBL di dunia dan ribuan di Indonesia hingga 2020,” sambungnya.

Salah satu peserta yang telah merasakan manfaat BFBL yakni Eti Nurhaeti (36) asal Cianjur. Perempuan tulang punggung keluarga ini berjuang menghidupi tiga anak, ibu dan seorang nenek sejak suami menghilang tanpa kabar di luar negeri.

Eti menjelaskan, pada 2013 suami pergi ke luar negeri untuk bekerja sebagai pengantar barang di Bangkok, Thailand. Namun, satu bulan disana belum dipekerjakan hanya didiamkan di apartemen dan diringkuk pihak berwenang setempat. “Sejak saat itu sampai sekarang saya enggak bisa berkomunikasi,” ujarnya.

Kala itu, Eti berupaya meminta komunikasi Kedutaan Indonesia di Bangkok untuk berkomunikasi dengan suami. Namun upaya tersebut kandas dan Eti hanya mendapat kabar bahwa suami divonis hukuman seumur hidup.

Seketika Eti menjadi tulang punggung keluarga. Ia menyambung hidup menjadi instruktur senam aerobik dan penyanyi dangdut di Cianjur. Pekerjaan serabutan ini tidak menghasilkan upah tetap, hanya Rp100-200 ribu. “Kalau nyanyi tergantung saweran saja,” sambungnya.

Ketika hampir putus asa, Eti mendapat info BFBL dari teman. Ia mulai mengikuti program ini pada 2016. Usai lulus, Eti mendapatkan pekerjaan tetap sebagai stylist di salon muslimah, Al-Jazeera di Cianjur. “Rencana selanjutnya, saya ingin buka salon sendiri,” pungkasnya.