Anak Anda Alami Pubertas Abnormal? [my girl]

Anak Anda Alami Pubertas Abnormal?

PinkKorset.com, Jakarta – Remaja laki-laki maupun perempuan dapat mengalami pubertas dini atau terlambat. 

Berdasarkan UU RI No. 23 Tahun 2002, usia remaja berkisar antara 10 – 18 tahun. Pada rentang usia ini seseorang telah memasuki pubertas atau masa terjadinya pematangan organ-organ reproduksi, perubahan fisik dan psikis.

Umumnya pubertas laki-laki terjadi pada usia 8 – 12 tahun dan perempuan pada usia 9 – 13 tahun. Pubertas normal pada perempuan dan laki-laki, salah satunya ditandai perubahan fisik.

Pada anak perempuan, peristiwa pertama yang terjadi adalah terbentuknya payudara (telarke) diikuti tumbuhnya rambut pubis di ketiak (pubarke), lalu periode haid pertama (menarke). Selain itu terjadi juga pertumbuhan otot yang cepat, kecepatan penambahan tinggi badan (6 – 10,5 cm/tahun) dan kenaikan berat badan (8 kg/tahun) serta suara yang semakin halus.

Sedangkan perubahan fisik pada anak laki-laki ditandai dengan pembesaran testis, suara  semakin berat, rambut pubis, mimpi basah dan pertumbuhan otot. Kecepatan penambahan tinggi badan (7 – 12 cm/tahun) dan kenaikan berat badan (8 kg/tahun).

Namun, ada beberapa remaja yang mengalami pubertas abnormal. Apa sebabnya? Dokter Spesialis Anak RS Harapan Kita dr. Aditya Suryansyah SpA. mengatakan, pubertas abnormal dipicu oleh beberapa unsur.

“Pubertas tidak normal dipicu genetik, lingkungan biofisik dan lingkungan psikologis,” katanya saat acara Forum Ngobras Ke-3 di Klinik Remaja, RS. Harapan Kita, Jakarta, Rabu (17/2/2016).

Anda sebagai orang tua perlu waspada bila anak tidak menunjukan pubertas pada usianya. Lalu, bagaimana mendeteksi pubertas abnormal pada anak?

Pubertas Dini (Prekoks)

Pubertas dini ditandai dengan tumbuhnya payudara tanpa disertai tanda seks sekunder lain pada usia kurang dari 8 tahun (telars prematur). Pada telars prematur perkembangan payudara dapat terjadi pada salah satu atau kedua payudara.

Indikasi lain pubertas dini adalah munculnya rambut pubis sebelum usia 8 tahun pada anak perempuan dan 9 tahun pada anak laki-laki tanpa disertai tanda-tanda seks sekunder lainnya (pubarke prematur). Kondisi ini tiga kali lebih sering dijumpai pada anak perempuan ketimbang anak laki-laki

Dr. Aditya mengatakan, ada tiga jenis pubertas dini, yakni parsial, sentral dan semu. Sementara penyebab pubertas dini adalah faktor genetik, ras/etnis, nutrisi yang baik ataupun tumor di hipofisis. “Faktor nutrisi yang lebih baik di kota ketimbang di desa menyebabkn pubertas dini banyak dijumpai di perkotaan,” katanya.

Pubertas Terlambat

Pubertas disebut terlambat, bila tanda-tandanya belum muncul pada perempuan di usia 12 tahun dan laki-laki di usia 13 tahun.

Indikasi anak dengan pubertas terlambat adalah perawakan pendek, perkembangan tanda seks sekunder terlambat, ada riwayat pubertas terlambat di keluarga. Kondisi ini berlaku kalau tidak ada kelainan hormon, penyakit kronis dan status nutrisi baik.

Remaja dengan pubertas terlambat berisiko terkena penyakit kronis, misalnya thalasemia, lupus dan gagal ginjal kronik. Penyebab pubertas terlambat adalah faktor genetik, status gizi buruk, penyakit kronis dan sindrom (sindrom Turner maupun Noonan).

Cara menangani pubertas abnormal

Dengan adanya pubertas dini dan pubertas terlambat, bagaimana menanganinya? Menurut dr. Aditya, pubertas dini terjadi kalau perkembangan hormon terlalu cepat. Ini berarti perlu terapi untuk memperlambatnya. Sedangkan pubertas terlambat justru perlu terapi hormon.

“Namun, terapi ini tidak semudah memberikan obat. Diperlukan konsultasi lebih lanjut dengan dokter terkait dan psikolog.”