Jangan Potong Nasi Tumpeng [pinterest]

Jangan Potong Nasi Tumpeng

PinkKorset.com, Jakarta – Memotong puncak nasi tumpeng, ternyata merupakan kebiasaan yang salah.

Selama ini, dalam sebuah perayaan atau syukuran, nasi tumpeng yang disajikan dipotong di bagian ujung, untuk menandai puncak acara.

Namun, kebiasaan ini ternyata keliru.

President of Indonesia Gastronomy Association Indra Ketaren menilai tradisi potong nasi tumpeng ini menunjukkan masyarakat telah keliru memaknai hidangan ini.

“Tumpeng seharusnya dikeruk, bukan dipotong,” ucapnya usai jumpa pers Indonesia Gastrofest 2017 di Jakarta, Rabu (12/10/2016).

Menurutnya nasi tumpeng menyimpan falsafah mendalam. Falsafah tumpeng adalah lambang gunungan yang bersifat awal dan akhir. Hal ini tidak lain simbol sifat alam dan manusia yang berawal dari Tuhan dan kembali lagi kepada Tuhan.

Nasi tumpeng berbentuk kerucut menjulang ke atas. Bentuk ini menggambarkan tangan manusia merapat dan menyatu menyembah Tuhan. Tumpeng menyimpan harapan agar kesejahteraan maupun kesuksesan semakin meningkat.

Tumpeng menjadi hidangan yang menyimbolkan komunikasi spiritual masyarakat Jawa kepada Sang Pencipta. “Kalau dipotong berarti menghilangkan hubungan kepada pencipta,” ujarnya.

 

Bagian puncak tumpeng ditutup daun pisang yang melambangkan tempat bersemayam Sang Pencipta.

Sebelum menyantap tumpeng pun ada tata caranya. Tumpeng tidak dipotong melintang dan daun pisang di pucuk tidak dilepas. Tumpeng hanya boleh dikeruk sisi samping dari bawah. Orang pertama yang mengeruk tumpeng akan mengucapkan doa dalam hati.

Keruk tumpeng melambangkan rasa syukur kepada Tuhan sekaligus ajaran hidup kebersamaan dan kerukunan. Bahkan zaman dahulu para sesepuh yang memimpin doa akan menjelaskan makna tumpeng sebelum dikeruk dan disantap.

Kerukan nasi pertama diberikan kepada orang yang dianggap penting, dicintai atau dituakan.

Ini tercermin dalam ungkapan Jawa, mikul dhuwur mendhem jero yang mengandung makna nasihat kepada anak (keturunan, generasi muda, bawahan) agar memperlakukan orangtua (orang lebih tua, pendahulu, pemimpin, atasan) secara baik.

Selanjutnya nasi tumpeng boleh disantap bersama yang bermakna membagi rezeki. Ada kepercayaan adat bila puncak tumpeng (berbalut daun pisang) jatuh berarti doa dikabulkan Tuhan. Bagian ini ditempatkan di atas anyaman berlapis daun pisang dan diletakkan di tempat yang dianggap keramat.