Beda Kerja Otak Perempuan & Lelaki [ibtimes]

Beda Kerja Otak Perempuan & Lelaki

PinkKorset.com – Sekalipun sedang bekerja sama, otak perempuan dan laki-laki memiliki pendekatan yang berbeda. Seperti apa?

Dalam sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Scientific Reports, area otak dua orang berjenis kelamin sama dan sedang melakukan sesuatu bersama akan melakukan sinkronisasi.

Hal tersebut tidak terjadi saat jenis kelamin mereka berbeda. Hasil ini diperoleh berdasarkan riset selama lebih dari 50 tahun, bahwa perempuan dan lelaki memiliki metode kerja sama yang berbeda.

“Bukan jenis kelamin mana yang lebih baik atau yang tak bisa bekerja sama. Ini hanya perbedaan cara,” kata penulis studi ini, Dr. Allan Reiss, profesor psychiatry and behavioral sciences di Stanford University School of Medicine.

Studi ini hendak mencari tahu apa yang sebenarnya membuat perbedaan di otak saat perempuan dan laki-laki hendak melakukan satu hal bersama. Mereka memindai (scan) otak 111 pasang partisipan yang diminta bekerja sama.

Sebanyak 38 pasangan keduanya perempuan, 39 keduanya lelaki, dan 34 campur. Tak ada partisipan yang mengenal pasangannya sebelum riset ini dimulai. Mereka diminta mengerjakan sebuah tugas di komputer.

Mereka diminta melihat lingkaran di komputer dan saat berubah warna harus menekan sebuah tombol. Partisipan harus menekan tombol secara bersamaan. Namun mereka tak bisa berbicara dan melihat layar pasangannya.

Teknik pindai hyperscanning digunakan untuk mengukur aktivitas otak partisipan karena bisa berfungsi saat seseorang duduk dan bergerak. Secara keseluruhan, mereka lebih sinkron saat pasangannya berjenis kelamin sama.

Aktivitas otak pasangan dengan jenis kelamin sama tersinkronasi dengan baik. Semakin sinkron, semakin baik kerja mereka. Riset ini menyebutkan, area sinkronasi perempuan dan laki-laki berbeda.

Pada pasangan berbeda jenis kelamin, periset tidak menemukan sinkronisasi aktivitas otak. Ini artinya, perempuan dan lelaki memiliki strategi kognitif yang berbeda saat melakukan satu pekerjaan bersama.

Temuan ini bisa menjelaskan mengapa otak perempuan dan laki-laki berevolusi untuk melakukan pekerjaan yang berbeda. Misalnya, lelaki memiliki sejarah berburu dan ini menjelaskan bagaimana mereka bekerja sama.

Selain itu, periset mencatat, hasil studi ini bisa menolong orang yang kesulitan berinteraksi dengan sesama. Misalnya, orang dengan autisme yang memiliki masalah kognitif sosial.

“Kami berharap bisa melanjutkan studi ini sehingga, mungkin, bisa mendesain terapi yang lebih efektif untuk orang dengan autisme,” lanjutnya.