Ini Bahaya Polusi di Jalanan [time]

Ini Bahaya Polusi di Jalanan

PinkKorset.com, Jakarta – Lindungi paru-paru Anda selama beraktivitas di luar ruangan. Pasalnya banyak komponen partikel dan gas berbahaya yang mengancam kesehatan.

Polusi luar ruangan paling banyak mengandung sumber polusi (polutan). Polutan ini berasal dari golongan partikel dan gas berbahaya. Contoh gas berbahaya yakni karbon monoksida, karbon dioksida, sulfur dioksida dan ozon. Sementara bentuk partikel yakni debu, embun, asap, uap dan kabut yang berasal dari bahan berbahaya seperti benzena, formaldehida dan arsenik.

“Polusi partikel dan gas sama-sama berbahaya serta berbeda-beda sifatnya,” ucap Perwakilan Divisi Paru Kerja dan Lingkungan, Departemen Pulmonologi FKUI RS Persahabatan, DR. dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K) di Jakarta saat peluncuran Nexcare Carbon Mask di Jakarta, Selasa (25/7/2017).

Menurut dr. Agus, polutan gas memiliki efek kekurangan oksigen dalam tubuh (hipoksia), memicu iritasi (iritan) dan pemicu kanker (karsinogenik). Polutan partikel pun memiliki sifat iritan dan karsinogenik.

“Tetapi saat ini isu terbaru WHO adalah particulate matter (PM), PM 5 dan PM 2,5,” sambungnya.

Komponen partikel padat atau cair di udara (particulate matter) paling berbahaya untuk saat ini. PM di bawah 10 dapat masuk ke dalam paru karena partikel ini berukuran kurang dari 10 mikrometer. Hampir semua polutan dari kendaraan bermotor dan industri mengandung PM.

Paparan polusi menyebabkan iritasi hidung, tenggorok dan saluran pernapasan bawah yang ditandai mata dan hidung berair, tenggorok panas dan gatal, berdahak, batuk serta sesak napas. Bahkan data RS Persahabatan mencatat 25% penyakit infeksi pernapasan saluran atas di Jakarta disebabkan polusi.

Dampak jangka panjang paparan polusi mempercepat penurunan fungsi paru. Sebenarnya penurunan fungsi paru adalah hal normal akibat penambahan umur. Setelah perkembangan paru mencapai puncaknya pada umur 18-20 tahun, berangsur fungsi paru menurun 25-28 ml tiap tahun. Namun, polusi dapat mempercepat laju penurunan ini sebanyak 2-3 kali.

“Akibatnya kemampuan paru menangkap oksigen berkurang. Kemudian timbul asma, PPOK dan bronkitis kronis,” ujarnya.

Polusi sangat lekat dengan kota besar, termasuk Jakarta. Asap kendaraan dan industri menjadi biang keladi pekatnya polusi di perkotaan. Bahkan Badan Kesehatan Dunia WHO mencatat Jakarta termasuk kota terpolusi keempat dari 10 kota di Asia Tenggara. Indeks Standar Pencemaran Udara di Jakarta lebih dari 50, artinya penuh dengan polusi. Dalam satu tahun, hanya ada 70-80 hari udara di Jakarta dalam kondisi baik dengan Indeks Standar Pencemaran Udara di bawah 50.