Facebook & Google Bersatu Perangi Hoax [m]

Facebook & Google Bersatu Perangi Hoax

PinkKorset.com – Berita palsu dan hoax tampaknya menjadi krisis internasional yang mengkhawatirkan. Dua raksasa teknologi, Facebook dan Google, bersatu untuk memeranginya.

Tak hanya di Indonesia, pemilihan presiden di Amerika Serikat (AS) tampaknya juga dibayangi berita palsu dan hoax. Facebook sempat dituding kurang berperan aktif dalam membasminya selama pilpres berlangsung. Google pun kewalahan dalam penyaringan berita-berita yang dibuat semirip mungkin dengan format aslinya itu.

Sebab itulah mereka bergabung dalam sebuah proyek yang akan membantu verifikasi atau mematahkan informasi yang tersebar secara daring (dalam jaringan/online). Inisiatif bernama CrossCheck ini akan dikerjakan bersama jajaran redaksi media Prancis karena mereka akan fokus pada pilpres 2017 di negara tersebut.

Proyek kolaborasi jurnalisme ini ide awalnya dilahirkan oleh First Draft, sebuah lembaga nonprofit yang fokus pada verifikasi informasi di era digital, bersama Google News Lab. Pilpres di Prancis akan menjadi ‘babak kedua’ bagi Google dan Facebook yang dianggap gagal membasmi informasi palsu yang mendukung Donald Trump.

Prancis sedang menghadapi dilema serupa. Presiden incumbent, Francois Hollande, saat ini sedang tak populer bahkan partainya sendiri nampaknya enggan mendukung. Capres lawannya, Marine Le Pen yang sayap kanan dan serupa Trump, bisa menggesernya. Sudah banyak beredar ‘berita palsu’ yang menguntungkan Le Pen.

Berita palsu semacam ini biasanya adalah upaya terorganisir untuk mendiskreditkan sosok politik tertentu. Di sini CrossCheck berperan. Belum ada detil bagaimana proyek ini akan dilakukan. Kelihatannya, Facebook dan Google akan menyediakan akses ke tool seperti CrowdTangle dan Google Trends untuk melacak topik yang sedang dibahas di medsos.

Pengguna juga bisa menandai (flag) dan melaporkan konten berisi berita bohong atau hoax di jejaring sosial. Nantinya akan ada pihak ketiga yang memeriksa fakta mengakses konten tersebut dan peringatan akan disertakan pada tautan (link) yang bermasalah. Konten tersebut akan mendapat ranking rendah di News Feed pengguna.

‘Berita palsu’, dalam pilpres AS, berperan besar dalam memenangkan Trump. Hal tersebut dilakukan untuk membuat publik bingung dan berpikir bahwa berita sesungguhnya adalah yang palsu. Trump berulangkali menyebut beberapa media seperti CNN dan ABC sebagai palsu. Memangkas penyebaran berita palsu di medsos memang layak dilakukan.

Sebuah survei terbaru Pew Research Center mengindikasikan, medsos memang memiliki kekuatan dalam mengubah apa yang diyakini penggunanya. Hal ini sebaiknya jangan diremehkan. Termasuk pengguna medsos di Indonesia yang sudah saatnya memperhatikan hal ini.