PinkKorset.com, Jakarta – Kendati sebagian anak kurang menyukai sayur maupun buah, tetapi mereka tetap membutuhkannya.
Konsultan Gastrohepatologi Anak dr. Frieda Handayani Kawanto, Sp.A(K) mengatakan, konsumsi buah dan sayur mendukung kesehatan sistem pencernaan, seperti melancarkan pencernaan, mengurangi risiko sembelit dan membantu mencegah perdarahan usus dan penyakit usus.
“Ini disebabkan sayur dan buah mengandung vitamin, mineral dan serat yang tidak diproduksi tubuh,” ucapnya di Jakarta beberapa waktu lalu.
Serat sayur dan buah, sambung dr. Frieda, menjadi konsumsi bakteri baik dalam usus untuk menghasilkan asam lemak rantai pendek. Asam lemak ini terserap usus dan beredar melalui pembuluh darah menyebar ke otak serta memicu produksi hormon bahagia (serotonin).
“Sehingga anak tidak mudah marah, meningkatkan daya tahan tubuhnya dan meningkatkan kemampuan belajar,” katanya.
Dr. Frieda menyarankan balita dan anak usia sekolah mengonsumsi 300-400 gr buah dan sayur dengan proporsi sayuran lebih banyak. Misalnya 250 gr sayuran (2,5 gelas sayur yang sudah dimasak) dan 150 gr buah (3 buah pisang ambon ukuran sedang). Asupan tersebut menghasilkan kecukupan serat 25 gram per hari.
Konsumsi sayur dan buah jangka panjang mengurangi risiko anak mengalami beragam penyakit tidak menular (diabetes, penyakit jantung dan stroke) saat dewasa. Namun, nyatanya orang-orang muda di Indonesia banyak terkena penyakit tidak menular.
“Ini disebabkan juga kebiasaan makan yang salah sejak kecil,” katanya lagi.
Oleh karena itu, pengenalan makanan sehat sejak dini diperlukan untuk membentuk kebiasaan makan yang sehat. Kebiasaan makan sehat perlu dibentuk sejak balita. Pada masa tersebut, anak-anak mudah mengenali buah dan sayur melalui konsep bentuk dan warna, mulai menyimak perkataan orang lain, mengerti perintah serta mudah mengungkapkan perasaan senang dan tidak senang. Sehingga orangtua lebih mudah mengetahui kesukaan anak terhadap sayur maupun buah tertentu.
