Mengapa Anak Sekolah Rentan DBD? [ubibusiness]

Mengapa Anak Sekolah Rentan DBD?

PinkKorset.com, Jakarta – Kendati anak sekolah tidak banyak aktivitas ketimbang orang dewasa, tetapi mereka lebih mudah terkena DBD.

Demam berdarah dengue (DBD) menjadi penyakit yang mengkhawatirkan masyarakat, khususnya pada anak-anak sekolah. Mereka lebih rentan mengalami DBD karena banyak melakukan aktivitas di dalam ruangan dengan pakaian yang tidak aman.

Konsultan Penyakit Tropik dan Infeksi Perhimpunan Peneliti Penyakit Tropik dan Infeksi Indonesia (PETRI), Dr. dr. Leonard Nainggolan, SpPD-KPTI menjelaskan, kasus DBD lebih tinggi pada anak sekolah karena kecenderungan mereka belajar duduk di kelas dari pagi hingga sore sehingga lebih banyak risiko digigit nyamuk. Aktivitas puncak nyamuk aedes aegypti pada pukul 08.00-13.00 WIB dan berlanjut pukul 15.00-17.00 WIB.

“Apalagi anak-anak sekolah di Indonesia tidak memakai baju lengan panjang dan celana panjang,” ucapnya saat Media Briefing bertajuk Nyamuk Bandel, Perkembangan dan Wabah yang Ditimbulkan di Jakarta, Senin (9/10/2017).

Risiko DBD pada anak-anak sekolah sudah terdeteksi pemerintah Thailand. Negeri Gajah Putih ini dilanda wabah DBD pertama kali pada 2008 silam dan pelajar menjadi korban paling banyak. Sejak saat itu, pemerintah setempat menerbitkan peraturan memakai pakaian tertutup pada anak-anak sekolah, khususnya di Thailan Selatan.

“Pada musim hujan anak-anak sekolah harus memakai baju lengan panjang dan celana panjang untuk laki-laki serta baju kurung dengan kerudung untuk perempuan,” sambungnya.

Tindakan ini mengurangi risiko gigitan nyamuk. Pada dasarnya membutuhkan protein yang diperoleh dari darah manusia. Sembari menghisap darah manusia, nyamuk menularkan virus dengue. Ada tubuh manusia yang khas dan tidak dimiliki hewan sehingga lebih disukai nyamuk. Nyamuk aedes tidak hanya media penularan virus dengue saja, serangga ini juga dapat membawa penyakit demam kuning, chikungunya dan zika.