Mengapa Gula Rafinasi Berbahaya? [fructosefacts]

Mengapa Gula Rafinasi Berbahaya?

PinkKorset.com, Jakarta – Gula rafinasi lebih bersih dan putih ketimbang gula pasir. Di balik kelebihannya, gula ini justru lebih berbahaya bagi kesehatan.

Gula rafinasi banyak digunakan industri makanan dan minuman karena memiliki warna lebih putih dan tingkat kemanisan lebih tinggi dari gula pasir biasa. Gula jenis ini dihasilkan dari pemurnian yang melalui proses panjang, termasuk pelarutan, pemanasan dan pemutihan.

Pengolahan gula rafinasi yang kompleks ini semakin menyulitkan tubuh mencerna. Tubuh membutuhkan vitamin B kompleks, kalsium dan magnesium untuk mencerna gula ini. Bila Anda mengonsumsi gula rafinasi tanpa diimbangi makanan dengan gizi tersebut, tubuh akan ‘mencuri’ dari bagian tubuh lainnya.

Tubuh mengambil vitamin B kompleks dari sistem saraf, kalsium dan magnesium dari tulang dan gigi. Sehingga menimbulkan osteoporosis, gangguan konsentrasi hingga depresi.

Mengonsumsi langsung gula rafinasi menyebabkan penuaan kulit akibat proses alami glikasi. Semakin banyak proses glikasi, kulit semakin gelap, kusam dan mengganggu produksi kolagen dan elastin.

Seperti gula pasir biasa, gula rafinasi tergolong bahan makanan nol gizi karena hanya mengandung kalori tinggi. Akibatnya risiko diabetes ikut meningkat.

Dampak buruk gula rafinasi tidak berhenti sampai di situ saja. Ternyata jenis gula ini juga memicu kanker. Penelitian Burkitt (2012), pola makan sarat makanan olahan pemurnian (rafinasi) terbukti menjadi salah satu biang keladi munculnya kanker.

Mengutip Buletin Harpa Yayasan Kanker Indonesia (September, 2017), Pakar Gizi Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum menjelaskan, walaupun awalnya gula, terigu dan beras rafinasi dihubungkan dengan kanker usus besar akibat minim serat, tetapi penelitian terakhir Ruiz (2014) menemukan benang merah. Kaitan ini karena interaksi senyawa yang diproduksi proses metabolisme, seperti P450, MAP kinase, P13 kinase, IGF-1 dan radikal bebas.

“Perbanyakan sel kanker dan penyebarannya karena senyawa tersebut tak hanya picu kanker usus tetapi juga kanker paru, prostat, hati dan payudara,” ucapnya.

Oleh karena itu, pemerintah melarang peredaran gula rafinasi di kalangan konsumen akhir. Berdasarkan SK Menperindag No. 527/MPT/KET/9/2014, gula rafinasi hanya diperuntukkan industri dan tidak diperuntukkan bagi konsumsi langsung karena harus melalui proses terlebih dahulu.

Peredaran gula rafinasi tidak dilarang sepenuhnya, Anda perlu menyeleksi sendiri asupan bahan makanan. Sebaiknya pilih bentuk makanan yang paling dekat dengan alam atau tanpa proses pengolahan kompleks.