Mengapa Perempuan Perlu Melek Media Sosial? [washingtonpost]

Mengapa Perempuan Perlu Melek Media Sosial?

PinkKorset.com, Jakarta – Perempuan harus mengikuti perkembangan media sosial karena memiliki peran penting.

Psikolog klinis Ratih Ibrahim mengatakan, perempuan perlu mengikuti perkembangan teknologi, terutama media sosial. Setidaknya mengenal media sosial sehingga nantinya ketika menjadi seorang ibu dapat mendidik anak dengan baik.

“Tanpa disadari, perempuan itu agent of change,” katanya saat talk show Kartini Millennial di Jakarta, Sabtu (20/5/2017).

Menurutnya, perempuan menentukan kemajuan suatu bangsa. Perempuan sebagai ibu di keluarga mendidik anak menjadi generasi berkualitas. Sehingga menjadi perempuan harus sehat fisik, jiwa dan sosial, termasuk mengerti media sosial.

Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menemukan, pengguna internet di Indonesia (2016) mencapai 132,7 juta atau 51,8% dari total penduduk Indonesia. Sementara penetrasi pengguna internet sebanyak 48,2% adalah perempuan.

Bahkan sebanyak 129,2 juta dari jumlah pengguna internet tersebut lebih banyak mengakses media sosial.

Ratih menambahkan, perempuan memanfaatkan media sosial tidak sekadar sosialisasi maupun eksistensi diri saja. Ada banyak hal lain yang bisa dimanfaatkan, termasuk meningkatkan kualitas diri, memperbaiki karier hingga ekonomi.

“Ada lima tips menjadi perempuan sehat yang mampu mendidik generasi bangsa,” sambungnya.

1. Perhatikan hardware dan software

Arti hardware yakni segala sesuatu yang dimakan harus sehat, sedangkan software adalah perilaku yang mengarah gaya hidup sehat. Sehingga kebiasaan ini dapat ditularkan kepada lainnya melalui media sosial.

2. Memiliki kehidupan sosial yang nyata

Menjadi perempuan melek teknologi bukan sekadar populer di media sosial. Mereka juga harus senang dan memiliki kehidupan sosial yang nyata.

3. Update teknologi

Sebagai ibu sangat penting untuk mengetahui perkembangan teknologi. Sebelum memberikan gadget kepada anak, Anda harus tahu tujuan dan dampaknya. Sehingga Anda harus lebih tahu teknologi ketimbang anak dan berhak mengintervensi penggunaannya hingga anak berumur 21 tahun.

4. Hati-hati bertutur kata

Memiliki media sosial bukan berarti bebas memposting kata-kata, gambar dan video. Bila merasakan keresahan sebaiknya tidak langsung bereaksi dan tetap menahan diri. Hindari ‘perang’ di media sosial, gunakan pendekatan personal bila itu saudara atau teman. Anda bisa blok akun yang memang tidak Anda kenal.

5. Jadilah teladan yang baik

Anda perlu memberikan contoh yang baik bagi anak maupun lingkungan sekitar.