Penyakit Tidak Menular Terkait Gizi Berlebih [foodandnutrition]

Penyakit Tidak Menular Terkait Gizi Berlebih

PinkKorset.com, Jakarta – Terlalu banyak asupan gizi menyebabkan kalori berlebih yang meningkatkan risiko penyebab terjadinya penyakit tidak menular.

Ketua Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) DKI Jakarta dr. Elvina Karyadi, MSc, PhD, SpGK mengatakan, terlepas masalah gizi kurang (stunting/pendek, kurus), penduduk Indonesia juga banyak mengalami kelebihan gizi berlebih akibat konsumsi kalori melebihi kebutuhan per harinya. Kemudian ditambah gaya hidup tidak aktif.

“Kondisi ini mengakibatkan kalori yang masuk ke dalam tubuh tidak seimbang dengan yang terbakar oleh aktivitas atau gerak tubuh. Akhirnya menyebabkan penyakit tidak menular seperti obesitas, hipertensi dan diabetes,” ucapnya dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta beberapa waktu lalu.

Setiap individu memiliki kebutuhan kalori beragam dari kisaran 1.500-2.000 kalori per hari. Namun seringkali asupan kalori berlebih, khususnya terjadi pada masyarakat perkotaan di Indonesia.

Berdasarkan studi Ir. Helda Khusun, MSc, PhD merujuk Calorie Intake and Physical Study pada 864 sampel di Indonesia berumur 18-45 tahun di Jakarta Timur, Bandung, Surabaya, Makassar dan Medan menemukan 51% asupan kalori disumbang karbohidrat, 14,5% protein serta 34,2% lemak.

Jumlah asupan kalori lemak tersebut mengkhawatirkan. Pasalnya angka tersebut melebihi batas rekomendasi asupan lemak sebesar 30%. Selain itu, sepertiga dari sampel mengkonsumsi gula tambahan lebih dari 25 gram per hari.

Asupan kalori rata-rata orang dewasa di wilayah perkotaan Indonesia masih didominasi makanan berbahan dasar nasi yang menyumbang 32,9% asupan kalori per hari, diikuti daging 10,6%, makanan mi, ikan dan minuman manis kurang dari 10% serta kelompok makanan lain kurang dari 5%.

Pada sisi lain, survei menunjukkan tingkat aktivitas fisik yang rendah pada orang dewasa di perkotaan. Sebanyak 59,4% dikategorikan gaya hidup sedentari lebih dari enam jam per hari (menonton TV dan menggunakan komputer). Kondisi ini meningkatkan risiko obesitas mencapai 1,5 kali lipat. Risiko obesitas akibat kurang aktivitas olahraga meningkat 2,7 hingga 3 kali lipat pada perempuan.

“Kami menyarankan untuk memonitor keseimbangan asupan dan keluaran kalori dengan menurunkan konsumsi makanan tinggi lemak dan tinggi gula serta berolahraga untuk meningkatkan pembakaran kalori,” pungkasnya.