Stop Posting Anak di Medsos! [slate]

Stop Posting Anak di Medsos!

PinkKorset.com – Sadarkah Anda foto anak yang diunggah ke media sosial itu akan berdampak bagi mereka ke depannya?

Di media sosial ada oversharing parents. Anda pasti mengenal orang seperti ini, yang kemungkinan besar banyak diantaranya kawan-kawan di Facebook atau Instagram. Mereka adalah proud mama dan proud papa yang terlalu banyak mengunggah aktivitas anaknya.

Bukan hanya memenuhi lini masa Anda, hal ini ternyata bisa membuat anak mereka merasa tak nyaman. Hal ini berdasarkan riset yang dilakukan University of Washington dan dilaporkan oleh New York Times. Anak-anak ternyata tak mau orangtuanya mengunggah apapun tanpa seizin mereka.

Sebanyak 249 kelurga dari 40 negara bagian di Amerika Serikat dilibatkan dalam riset ini. Orangtua dan anak ditanya mengenai ‘aturan’ dalam keluarga seputar teknologi. Kedua pihak menyepakati aturan umum seperti tak boleh mengetik di ponsel atau menelepon saat mengemudi.

Namun anak-anak juga menginginkan aturan share di medsos untuk orang tua mereka. Anak berusia 10-17 tahun menyampaikan keluhan mengenai apa yang orangtua mereka share online. Apa yang disangka momen berharga dan layak share oleh para orangtua, bagi anak bisa jadi hal yang memalukan.

Ada satu anekdot yang disampaikan pelajar SMU di Massachusetts mengenai kawan SMP-nya, berikut ini.

Saya kenal beberapa orang yang orangtuanya suka mengunggah hal-hal yang tak mereka inginkan. Ada seorang gadis di kelas delapan, ibunya punya akun YouTube untuk aksi menyanyi dirinya ketika masih kelas empat. Beberapa bulan sebelum sekolah berakhir, seorang kawan memutarkan lagu itu di kelas. Hampir semua siswa sekelas histeris menertawakan video itu.

Kolumnis Times, KJ Dell’Antonia menulis, berbagi kesulitan orangtua mengenai bayi yang sulit tidur, misalnya, tidak mengekspos hal personal mengenai anak. Bahkan, hal ini bisa memicu simpati dan solusi dari orangtua sesama pengguna medsos, terutama yang memiliki pengalaman sama.

“Ini akan menjadi benefit bagi si anak,” tulisnya.

Salah seorang direktur di Center on Children and Families di Levin College of Law, University of Florida, Stacey Steinberg mengungkapkan, keseimbangan adalah kunci antara hak anak atas privasi dan hak orangtua untuk berbagi kisahnya. Namun begitu, harus ada yang orangtua ingat.

“Saat anak beranjak dewasa, mereka akan melihat jejak kaki digital masa kecil. Sebagian besar mungkin merasa ini sah-sah saja, tapi akan ada anak yang menjadikan hal ini sebuah masalah,” katanya. Intinya, minta izin pada anak sebelum mengunggah dan jelaskan alasan atau pendapat mereka.