Uni Eropa Dukung Pelestarian Tenun Indonesia [hivos]

Uni Eropa Dukung Pelestarian Tenun Indonesia

PinkKorset.com, Jakarta – Bentuk dukungan ini diwujudkan dalam dokumen strategi pengembangan konsumsi dan produksi berkelanjutan tenun tradisional Indonesia.

Indonesia memiliki kekayaan tenun tradisional yang diproduksi dengan beragam teknik di setiap daerah. Namun, kebanyakan penenun yang didominasi perempuan mengalami kondisi ekonomi memprihatinkan. Sementara mereka adalah pelestari barang kerajinan ini.

Oleh karena itu Uni Eropa melalui program SWITCH Asia Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan Tenun Tradisional bekerja sama Kementerian Lingkungan dan Kehutanan (Pusanlinghut KLHK) menyusun dokumen strategi konsumsi dan produksi berkelanjutan sektor tenun tradisional Indonesia.

Dokumen strategi ini berisi visi, misi, tantangan dan peta jalan (roadmap) pengembangan sektor tenun tradisional Indonesia selama 5 tahun kedepan, termasuk pengembangan sertifikat ramah lingkungan (eco label) untuk tenun warna alam.

Program ini melibatkan 4.332 perajin tenun tradisional di 27 kabupaten dan 12 provinsi di Indonesia. Sementara pelaksana program ini dilakukan HIVOS, Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (ASPPUK), Cita Tenun Indonesia (CTI) dan Non Timber Forest Product Exchange (NTFP EP).

uni-eropa-hivos

Project Manager Switch Asia Hand Woven Textile, Miranda menjelaskan, Project Sustainable Hand Woven Eco Textile diharapkan dapat berkontribusi peningkatan kesejahteraan dan mengurangi kemiskinan di Indonesia serta Filipina melalui pengembangan rantai nilai tenun tradisional ramah lingkungan.

“Kegiatan ini juga diharapkan dapat mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan maupun sosial dalam industri tenun tradisional,” katanya dalam keterangan pers di Jakarta, Rabu (31/5/2017).

Program ini tidak hanya sebatas pembinaan para perajin tetapi juga mencakup tahap distribusi dan pemasaran produk di seluruh Indonesia. Tak hanya menghasilkan produk fesyen, tenun ramah lingkungan dapat disulap menjadi produk-produk furnitur.

Uni Eropa membiayai 80% program ini untuk mendorong berkelanjutannya konsumsi dan produksi tenun di Asia. Hal ini disebabkan pertumbuhan tekstil Asia sangat tinggi, tetapi juga terjadi penurunan perhatian terhadap lingkungan.