Kenali Penyebab Penyakit Ginjal Anak [timesofindia]

Kenali Penyebab Penyakit Ginjal Anak

PinkKorset.com, Jakarta – Tak hanya orang dewasa, anak-anak pun dapat terkena penyakit ginjal dengan penyebab yang bervariasi.

Dokter spesialis anak RSCM, dr. Eka Laksmi Hidayati Sp.A(K) menjelaskan, penyakit ginjal pada anak bermacam-macam. Namun paling sering disebabkan kelainan bawan (congenital anomaly of kidney and urinary tract).

“Kelainan bawaan ini yakni sindrom nefrotik. Gangguan ini menyebabkan protein terbuang melalui urin,” ucapnya dalam acara Kidney City Tour 2018 di Jakarta, Minggu (18/3/2018).

Penyebab sindrom nefrotik tidak diketahui secara pasti. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja dan biasanya terdeteksi pertama kali pada anak-anak berumur 2-6 tahun. Bila diketahui di luar rentang umur tersebut maka penanganannya jauh lebih sulit.

Kelainan ginjal ini terjadi ketika ginjal tidak dapat menyaring protein sehingga terbuang melalui urin (ginjal bocor). Tanda kebocoran protein dapat diketahui dari air seni yang berbuih. tanda lain sindrom nefrotik yakni urin lebih cokelat dan pekat, kelopak mata serta perut bengkak akibat penumpukan cairan.

“Akibat kebocoran protein maka tumbuh kembang anak terganggu,” sambungnya.

Selain kelainan bawaan, penyakit ginjal anak juga dapat disebabkan infeksi saluran kemih berulang (kompleks) trauma, sumbatan urin maupun refluks, penyakit sistemik (lupus dan diabetes mellitus) dan obat-obatan.

Umumnya penyakit ginjal akibat kelainan bawaan, sindrom nefrotik dan penyakit sistemik ditemukan pada anak umur 5-14 tahun. Sedangkan kelainan glomerolus biasanya terjadi pada umur 15-18 tahun.

Sementara faktor risiko penyakit ginjal karena gaya hidup yakni kurang minum air putih, kurang berolahraga atau tidak aktif, konsumsi makanan tinggi gula, kolesterol dan garam serta minum minuman bersoda. Gaya hidup tidak sehat ini memicu anak menjadi obesitas.

“Hati-hati bila anak obesitas karena kolesterol dan tekanan darah menjadi tinggi sehingga merusak ginjal,” pungkasnya.

Kerusakan ginjal secara terus menerus menimbulkan gagal ginjal tahap akhir. Alhasil hemodialisis, peritoneal dialisis dan transplantasi ginjal menjadi pilihan akhir.