Plus Minus Kemasan Styrofoam [ckfinc]

Plus Minus Kemasan Styrofoam

PinkKorset.com, Jakarta – Bungkus berbahan styrofoam pada makanan maupun minuman mengundang pro dan kontra. Sebenarnya apa dampak positif serta negatif kemasan ini?

Styrofoam sebetulnya sebuah merek dagang Dow Chemicals. Dalam dunia industri Styrofoam dikenal dengan busa polistirena atau polystyrene foam (PS Foam). Busa polistirena adalah polimer yang terdiri atas monomer stirena berisikan udara.

Kelebihan styrofoam

Bahan ini sering digunakan sebagai kemasan dan lazim digunakan mewadahi makanan maupun minuman panas serta dingin. Ini dikarenakan kemampuan insulasi termal yakni menahan suhu panas serta dingin. Tak heran bila busa polistirena sering ditemukan pada kemasan mi instan, boks es krim, boks ikan beku dan wadah makanan matang. Selain itu, busa polistirena ringan, aman, higienis, tidak berpori, kuat dan ekonomis.

Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran ITB, Ir. Ahmad Zainal Abidin, M.Sc, Ph.D menuturkan, pada dasarnya busa polistirena ini bersifat lunak, ringan, murah, tahan lama dan serbaguna. Sehingga tidak hanya dimanfaatkan sebagai kemasan makanan saja.

“Busa polistirena digunakan pada kemasan produk elektronik untuk peredam guncangan, bahan konstruksi bangunan, medis, mainan dan lainnya,” ucapnya saat Media Workshop Polimer Lestari, ITB dan Inaplas di Jakarta, Kamis (18/1/2018).

Selain itu kemasan busa polistirena lebih unggul ketimbang bahan kemasan lainnya. Misalnya produksi busa polistirena hanya membutuhkan 50% energi dibandingkan dengan kemasan kertas dan bungkus berbasis jagung. Ada dua jenis busa polisterina, untuk aplikasi makanan yakni General Purpose Polystyrene (GPPS) bersifat foodgrade dan Impact-modified Polystyrene (IPS) untuk kemasan selain makanan.

Kelemahan styrofoam

Namun, styrofoam alias busa polistirena juga memiliki dampak negatif terkait isu kesehatan meliputi pemicu kanker (karsinogenik), gangguan kelenjar tiroid dan gangguan saraf.

“Isu ini bermula dari potensi migrasi kimia monomer stirena pada busa polistirena ke makanan dan minuman,” katanya.

Namun, mengacu Badan Kesehatan Dunia WHO, residu monomer stirena busa polistirena tidak menimbulkan gangguan kesehatan bila nilainya di bawah 5.000 ppm. Nilai asupan monomer stiren yang diperbolehkan adalah 0,46 hingga 12 mg/orang/hari dan bahan kimia ini tidak terakumulasi dalam tubuh.

Lebih lanjut, Ir. Ahmad menambahkan, di Eropa dan AS, busa polistirena boleh digunakan sebagai kemasan makanan karena asupan harian monomer stiren jauh lebih rendah dari ambang batas, yakni 1-10 mikrogram/orang/hari. Monomer stiren secara alami juga terdapat dalam bahan makanan dan aman dikonsumsi.

“Misalnya telur mengandung stiren 10 mikrogram/kg dan stroberi 274 mikrogram/kg. Sementara paparan stiren kayumanis, daging sapi, biji kopi, kacang serta tepung berkisar 0-39 ppm,” sambungnya.

Kelemahan lain styrofoam terkait isu lingkungan. Bahan kemasan ini tergolong tidak dapat terurai secara alami (non-biodegradable). Sehingga mudah menumpuk, sering terbuang melalui sungai dan mencemari laut. Warnanya yang putih seringkali dianggap makanan bagi burung.

“Tetapi mudah didaur ulang menjadi barang kerajinan, pellet PS-Foam, material dekoratif dan panel beton ringan,” tutupnya.