Menghadapi dua putri yang beranjak dewasa, bukanlah hal mudah. Apalagi dengan seabrek tanggung jawabnya sebagai ibu negara, mendampingi Presiden AS Barack Obama.
Banyak pihak mengenal Michelle Obama sebagai sosok first lady yang paham fesyen dan mendukung karier suami. Namun, ia ternyata juga dikenal sebagai ibu yang bijak bagi kedua putrinya, Malia Ann (15 tahun) dan Natasha (12 tahun).
Saat ini, perempuan berusia 50 tahun tersebut sedang mempersiapkan ritual yang dihadapi orang tua di seluruh dunia, yakni menghadapi putri sulungnya, Malia, yang beranjak dewasa.
Musim panas ini, Malia akan berulang tahun yang ke-16, batas usia yang memperbolehkan warga AS untuk mendapatkan SIM dan mengemudi.
“Ya, Malia sudah memasuki masa itu. Saya tidak ada masalah bila ia memiliki SIM, asalkan ada orang lain yang mendampinginya,” ujarnya dalam acara bincang-bincang di televisi, awal Maret 2014.
Malia dan Sasha telah menjadi sorotan media dan publik AS sejak mereka memasuki Gedung Putih dengan orang tua mereka pascapemilu 2008. Namun, Michelle telah menjaga kedua putrinya agar mendapat kehidupan normal ketika tinggal di Gedung Putih.
Michelle mengatakan, kemampuan putrinya untuk beradaptasi dengan baik atas semua perubahan hidup dramatis yang mereka hadapi, tidak lain merupakan bukti kekuatan doa.
“Sekarang, apakah Anda suka saya atau presiden AS, warga Amerika berdoa bagi dua gadis kecil itu,” katanya. “Dan itulah salah satu dari banyak alasan mengapa mereka mampu menghadapi banyak tantangan.
Perempuan bernama lengkap Michelle LaVaughn Robinson ini pun mengaku tidak khawatir tentang kesejahteraan kedua putrinya dan bagaimana mereka menangani hal ini. “Saya justru sangat bangga mereka telah berhasil melalui semua ini dengan ketenangan dan rahmat serta kedewasaan,” katanya.
Ketika Obama mencalonkan menjadi presiden, Michelle semula keberatan karena kekhawatiran tentang efek negatif terhadap kedua putrinya. Michelle baru ikut kampanye setelah suaminya berhenti merokok.
Mereka lalu mendiskusikan dana kampanye, mencari pendukung, program yang bergunabagi publik, keselamatan keluarga, dan dampak kampanye bagi kedua mereka.
Michelle tidak ingin hubungan antara ayah dan anak terganggu karena kesibukan kampanye. Ia pun sengaja membeli dua laptop untuk Obama dan anak-anak agar tetap dapat berhubungan.
Tidak Membicarakan Penampilan dan Berat Badan
Michelle telah dibandingkan dengan mantan first lady AS Jacqueline Kennedy karena seleranya akan pakaian, dan juga Barbara Bush untuk kedisiplinan dan sopan santun. Gaya Michelle yang kerap menjadi trendsetter bahkan digambarkan sebagai “mode populis”.
Sebagai ibu negara yang melek fesyen, Michelle pun paham, bahwa putrinya yang menginjak usia remaja sangat peduli masalah penampilan.
Namun, alih-alih berbicara mengenai diet atau bentuk tubuh ideal, Michelle justru mendorong kebiasaan makan yang sehat untuk anak perempuannya, tanpa masuk ke percakapan yang berpotensi menegangkan mengenai berat badan atau penampilan.
“Kami tidak berbicara tentang berat badan atau penampilan fisik. Kami berbicara tentang kesehatan dan kandungan gizi dalam makanan. Jadi saya menyampaikan pesan yang benar-benar sederhana dan praktis, “katanya.
“Saya ingin anak-anak saya tumbuh menjadi kuat, perempuan muda yang sehat, yang tidak takut berolahraga dan anak-anak saya melihat hal tersebut sebagai hal menyenangkan.
Kepeduliannya yang lebih terhadap kesehatan, juga sejalan dengan kampanya nasional ‘Let’s Move’ yang diprakarsainya pada 2010. Gerakan yang mempromosikan makanan sehat tersebut untuk memerangi obesitas pada anak-anak Amerika dan mengajarkan kaum muda agar mereka memiliki gaya hidup yang lebih sehat.
Michelle Obama menegaskan kalau anak-anak ingin punya bentuk tubuh yang bagus serta hidup sehat, ada tiga hal yang harus dilakukan yaitu dedikasi, konsistensi, dan makan yang benar.
“Makanlah makanan yang sehat, dan selalu berolahraga setiap hari,” ujarnya.
Ibu negara yang dikenal cerdas dan tegas ini juga mengajarkan kedua putrinya untuk melawan rasa rendah diri dan belajar mandiri dengan penuh keyakinan. Ia juga mendorong anaknya agar unggul dan bertanggung jawab serta membuat standar tinggi.
“Yang saya pikirkan adalah apakah anak-anak saya bahagia dan aman, bagaimana mereka tumbuh dewasa dan mempelajari nilai-nilai kehidupan.”
