Shanti Rosa Persada Foto : Foto: twiiter/shantipersada

Shanti Rosa Persada

“Saya punya alasan khusus ikut nyaleg, yakni membawa misi soal breast cancer. Kurang luas rasanya kalau hanya kampanye di komunitas saja.”

Nyaleg Demi Kesadaran Kanker Payudara

Semangat perempuan ini tampaknya tak pernah padam. Idenya pun seakan tak berhenti mengalir. Keinginannya terus bergelora, untuk memaksimalkan pemberdayaan perempuan yang hidup dengan kanker payudara.

Seakan tidak cukup beraktivitas di komunitas pejuang kanker, Shanti Rosa Persada pun ingin menyuarakan masalah kaum perempuan yang satu ini melalui ranah politik.

Pada pemilihan legislatif 2014, namanya tercantum sebagai calon legislatif PAN, dengan daerah pemilihan Lampung. Misinya masih sama, ingin mensosialisasikan kanker payudara secara lebih meluas.

“Saya punya alasan khusus ikut nyaleg, yakni membawa misi soal breast cancer. Kurang luas rasanya kalau hanya kampanye di komunitas saja,”ujarnya kepada PinkKorset.com.

Shanti mengaku prihatin dengan banyaknya perempuan yang terdiagnosa kanker payudara. Ia pun ingin bergerak dalam ruang lingkup yang lebih besar, seperti pemerintahan. Namun, karena keterbatasan waktu, ia pun memilih untuk masuk sebagai anggota legislatif.

Jika terpilih nantinya, Shanti berharap bisa ikut terlibat menangani masalah kesehatan.  “Saya ingin pengadaan alat tes breast cancer seperti mamografi diwujudkan, dan mudah digunakan oleh para perempuan.”

Pejuang Kanker

Setelah didiagnosa memiliki kanker payudara stadium 3B pada 2010 silam, Shanti Rosa Persada harus menjalani satu setengah tahun pengobatan, dengan kemoterapi 6 kali dan terapi target anti-HER2 sebanyak 14 kali.

Selama itu pula, Shanti merasakan efek yang sangat tidak mengenakkan. Kepala pusing, tubuh terasa lemah dan lidah tidak dapat merasa (baal). Berbekal semangat untuk sembuh dan melanjutkan hidup, ia mengikuti rekomendasi pengobatan dari dokter secara disiplin.

Perjuangan perempuan kelahiran Bukittinggi, 22 Mei 1967 ini juga tidak lepas dari dukungan perempuan lain yang menderita penyakit serupa.

Tergabung di antara pejuang kanker yang tergabung dalam Pink Shimmerinc, ia akhirnya mendirikan komunitas bernama Lovepink.

Lovepink adalah gerakan sosial yang dibentuk pada 2011 atas prakarsa ia dan sahabatnya, Madelina Mutia, untuk merangkul penderita kanker payudara lainnya. Pada usianya yang ke-3, Lovepink telah memiliki 150 member, beberapa diantaranya berada di luar pulau bahkan luar negeri.

Para pejuang kanker payudara ini meluangkan waktu untuk berbagi dan saling menguatkan pasien dari awal masa pengobatan, selama menjalani perawatan, hingga masa penyembuhan.

Selain kegiatan pendampingan saat kemoterapi dan visit pasien, Lovepink juga kerap mengadakan kegiatan yang bermanfaat bagi penderita kanker payudara. Seperti perbincangan mengenai radiologi atau SADARI (pemerikSAan payuDAra sendiRI), serta beauty class.

Mengapa Beauty Class?

shanti-dandan

“Kami telah menjalani dan mengalami sendiri. Ketakutan terbesar baik disadari maupun tidak disadari adalah masalah kecantikan. Masalah rambut rontok, masalah kulit menjadi lebih gelap, timbulnya kantung mata. Ini adalah satu sisi di mana perempuan lebih cepat `rapuh’ dalam berjuang melawan kanker,”  ungkap Shanti.

Berbeda dengan laki-laki, bagi perempuan yang berjuang melawan kanker, kecantikan luar dan dalam merupakan bekal utama yang cukup ampuh.

“Ketika kita kemoterapi, semua rambut rontok, bulu mata rontok, alis rontok. Tapi sebagai perempuan, setelah mahkota kita yang satu (payudara) sudah sakit, harus diambil dan dibuang, nggak mau dong, mukanya juga keliatan sakit, keliatan nggak cantik. Jadi kita buat beauty class supaya tetap percaya diri.”

‘Kalian Tidak Sendiri’

Sebagai perempuan yang berhasil bangkit dan menyelesaikan semua perawatannya, Shanti pun meminta agar para perempuan yang hidup dengan kanker payudara tidak merasa sedih dan merasa terpuruk. Terutama karena ia dan teman-temannya yang tergabung dalam Lovepink akan merangkul dan mendampingi.

“Perasaan drop itu biasanya muncul karena kita mikir akan menghadapi ini sendiri. Mungkin juga nggak ada support keluarga, support pasangan dan lain-lain. Tapi kalian tidak sendiri. Kita ada buat kalian, Lovepink ada buat kalian,”ujarnya.

Ia pun meminta para perempuan untuk berani memeriksakan kesehatan payudara sejak dini. Sebab, semakin cepat sel kanker diketahui maka pengobatan semakin mudah dilakukan dan peluang untuk sembuh semakin besar.

“Jangan takut memeriksakan payudara ke dokter yang ahli. Untuk perempuan yang berusia 35 tahun ke atas harus rajin melakukan pemeriksaan payudara sendiri dan mamografi secara rutin. Jika diketahui sejak dini, pengobatan akan lebih sederhana dan biayanya lebih kecil dengan peluang mencapai kesembuhan yang besar,” ujarnya.

Single parent dari satu orang anak ini menyarankan para perempuan yang hidup dengan kanker payudara untuk lebih memperhatikan gaya hidupnya. “Kalau gaya hidup itu, apa yang kita makan, terus bagaimana kita megelola stres dalam kehidupan sehari-hari. Jadi kita lebih menebar positif energi,” ucapnya.

Menurutnya, kesembuhan sebenarnya datangnya dari diri sendiri. Hal ini mengingat 80% dari perawatan kanker adalah seputar cara pandang terhadap penyakit tersebut.

Dengan menerapkan pola hidup sehat dan makan seimbang, Shanti pun mengaku kini lebih rileks dan menikmati hidup.

 

NAMA Shanti Rosa Persada
LAHIR Bukittinggi, Sumatera Barat, 22 Mei 1967
PROFESI Light House Consultant (2011-now)
ALMAMATER Institut Teknologi Bandung -1992