PinkKorset.com, Jakarta – Secara teknikal, IHSG berpotensi kembali melemah pada Kamis (20/11/2013), seiring koreksi bursa Wall Street. Apa saja saham pilihan?
Analis Ciptadana Sekuritas mengatakan, IHSG hari ini secara teknikal berpotensi untuk kembali mengalami penurunan mengikuti koreksi indeks di Wall Street. “Level support dan resistance berikutnya diperkirakan ada pada kisaran 4190-4450,”ujarnya.
Aksi profit taking saham-saham ASII, TLKM dan PGAS berturut-turut menjadi lagging movers sehingga indeks ditutup melemah pada perdagangan kemarin. Secara teknis koreksi yang terjadi kemarin membawa indeks mendekati level support historis 4322, 4288. Resistance di 4408.
Bursa di Wall Street mengalami penurunan semalam. Dow turun 0,41% ke level 15.900 dan S&P 500 turun 0,36% ke level 1.781. Minutes of meeting dari Federal Reserve (Fed) yang baru saja dirilis mengindikasikan bahwa bank sentral tersebut dapat mulai melakukan pemotongan QE dalam beberapa bulan ke depan.
Dalam paparannya Gubernur Fed, Ben Bernanke, menyatakan bahwa QE saat ini masih dibutuhkan untuk menopang perekonomian Amerika Serikat. Dari pasar energi, harga minyak Brent turun 1,4% ke level US$106.9/barel dan harga minyak WTI naik 0.5% ke level US$93.9/barel pada perdagangan di New York.
Analis Ciptadana merekomendasikan sell untuk PT Bank Bukopin Tbk (BBKP). Kabar terbarunya adalah tentang aksi PT Bosowa Corporation yang akan menyuntikkan modal sebesar Rp300-350 miliar ke perseroan.
Sedangkan untuk PT Perusahaan Gas Negara (PGAS), direkomendasikan speculative buy. Anak usaha PT Perusahaan Gas Negara (PGAS), PT Saka Energi Indonesia diberitakan menjadi salah satu calon pembeli blok migas milik Hess Corporation, yang berencana untuk menjual aset-aset migasnya di Indonesia yang diperkirakan nilainya mencapai US$1.5miliar.
Sementara untuk PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), analis Ciptadana merekomendasikan sell on strenght. UNVR telah menyerap belanja modal sebesar Rp 800 miliar dari total belanja modal Rp 1 triliun hingga akhir September 2013.
Penambahan kapasitas produksi dilakukan untuk memenuhi pertumbuhan permintaan produk perseroan setiap tahun, dan tahun depan UNVR diperkirakan akan mengeluarkan dana sebesar Rp 1 triliun juga untuk belanja modal.