Tiga Hal yang Pantang Dilakukan Terhadap Anak Foto: berbagai sumber

Tiga Hal yang Pantang Dilakukan Terhadap Anak

PinkKorset.com, Jakarta – Mengajarkan anak hal-hal baik memang gampang-gampang sulit. Salah kata, yang ada malahan anak jadi nakal, pemarah, pembangkang, gugup dan minder.

Setiap orangtua pasti ingin anaknya tumbuh menjadi orang yang pintar, mandiri, disiplin, berani, dan mampu membawa diri.  Namun, penerapan kata-kata yang salah dalam mendidik anak, justru akan membuat kepribadian anak bertolak belakang dengan yang diinginkan. Anda pun menjadi orangtua yang lebih frustasi.

Hal pertama yang harus Anda pahami adalah cara mendidik anak saat ini berbeda dengan zaman dulu. Bila orangtua dulu lebih otoriter, tak terbantahkan dan merasa selalu benar, sekarang ini orangtua harus menjadi ‘teman’ bagi anaknya.

Ini berarti, Anda harus merubah pendidikan ala orangtua zaman dulu. Untuk mudahnya, coba hindari melakukan tiga hal ini terhadap anak Anda.

 

1.      Melarang

Kata-kata jangan yang diucapkan kepada anak Anda, seperti ‘jangan nangis’, ‘jangan sedih’, jangan cengeng’, dan ‘jangan  takut’ sebenarnya tidak efektif untuk mengurangi perasaan mereka.

Debbie Glasser, Ph.D., direktur Family Support Services di Mailman Segal Institute for Early Childhood Studies, Nova Southeastern University, Fort Lauderdale, AS mengatakan, saat anak-anak merasa marah, takut, kesal, mereka biasanya menunjukkan dengan menangis.  Hal ini karena mereka belum bisa selalu mengartikulasikan perasaan mereka dengan kata-kata.

Ia pun menilai, sangat wajar bagi orangtua ingin melindungi anak dari perasaan seperti itu. “Namun, mengatakan kata jangan tidak membuat anak merasa lebih bai. Selain mengirim pesan bahwa emosinya sesuatu yang terlarang.”

Sebagai gantinya Anda bisa berempati atas perasaannya, dengan mengatakan, “Kamu marah disuruh memakai sepatu?” atau “Kamu sedih tidak diajak pergi?”

Dengan memberi pengertian dan menamai emosi yang dirasakan anak, mereka akan belajar memberi kata-kata untuk mengekspresikan dirinya, sekaligus mengajarkannya berempati. Pada akhirnya, dia akan menangis lebih sedikit dan cenderung mengatakan perasaannya.

 

2.   Membandingkan

‘Coba contoh kakakmu’, ‘Lihat tuh, temanmu bisa dapat ranking, Kamu?’ Kata-kata ini diungkapkan dengan maksud memberi contoh yang baik pada anak. Namun yang ada, justru si anak merasa tertekan dan minder.

Setiap anak berkembang dengan fasenya sendiri. Membandingkan anak dengan orang lain menyiratkan bahwa Anda tak menginginkannya serta merusak kepercayaan dirinya. Selain memicu kekesalan dan membakar perasaan iri.

Anda sebaiknya mengubah kata-kata Anda menjadi lebih persuasif seperti,”Nina pintar yah, bisa pake sepatu sendiri.”. Sementara itu, Anda dapat mendorong prestasinya, saat anak Anda melakukan sesuatu yang positif: “Wah, pintar ya kamu bisa merapikan mainan sendiri!”

 

 3.   Mengancam

“Nanti Bunda sentil ya kupingnya!”Tunggu sampai Ayah pulang!”

Dalam mendisiplinkan anak, ancaman adalah cara yang kurang jitu dan jarang efektif. Apalagi bila ancaman itu tak pernah terjadi, akhirnya ancaman itu akan kehilangan kekuatannya. Lebih buruk lagi justru membuat Anda tambah frustasi, dan malah melakukan ancaman tersebut. Cara yang lebih efektif  adalah melakukan pengalihan, yakni dengan membawa anak pergi dari situasi tersebut.

Misalnya, ia mengamuk di toko mainan karena tidak diturutin kemauannya. Daripada Anda membentak dan mengancam, sebaiknya langsung gendong bawa si anak ke tempat lain. Beri pengertian setelah ia cukup tenang. Cara ini terbukti lebih efektif meredam agresivitasnya.  Selain itu, bila anak nakal, disiplinkan ia segera. Beri konsekuensinya. Jika Anda berniat melaporkan pada ayahnya saat pulang nanti, kejadian tersebut mungkin sudah dilupakan anak. Anda juga akan kehilangan otoritas di mata anak Anda.