Berkomunikasi dengan Anak Remaja Foto: sheknows

Berkomunikasi dengan Anak Remaja

PinkKorset.com – Di usia transisi ini, mereka tumbuh dari anak-anak menjadi perempuan atau laki-laki dewasa. Konflik pasti terjadi dengan orangtua.

Berkomunikasi dengan anak ketika mereka mulai beranjak dari usia 12 atau 13 tahun merupakan sebuah tantangan. Bahkan kadang, segalanya terasa tak masuk akal atau tak mungkin dilakukan.

Kabar baiknya, ada beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk terus berkomunikasi dengan mereka yang sedang di tahap latihan menjadi orang dewasa ini. Berikut diantaranya.

Pertanyaan Jelas

Untuk mengawali komunikasi dengan mereka, hindari pertanyaan tidak jelas. Misalnya saat ia pulang sekolah, tak perlu bertanya, “Bagaimana sekolah hari ini?” kepada mereka.

Jika Anda tahu ia sedang menjalani ujian, setelah bertanya apakah ia kira-kira sukses menjalaninya, tanyakan lebih rinci apa saja yang ia lakukan. Gunakan topik itu untuk mempermudah komunikasi mereka.

Intinya, buatlah kehidupan sehari-hari yang baginya biasa saja, merupakan sesuatu yang spesial untuk Anda. Ia akan merasa orangtuanya peduli dan pada akhirnya, lebih percaya dengan penilaian Anda.

Teknologi Remaja

Bukan berarti Anda menyita ponsel, tablet, atau laptopnya. Tapi gunakan juga kemudahan teknologi, terutama ketika mereka sering menggunakannya. Bertanya padanya via WhatsApp atau kirim e-mail.

Bertatap muka memag lebih penting dan harus diutamakan. Tapi kadang, mereka hanya menjawab sekenanya dan mungkin, malu menatap wajah Anda. Melek teknologi ada hasilnya, Anda akan tahu kehidupan yang ia jalani.

Media Sosial

Manfaatkan media sosial! Tapi pahami batasan Anda dan jangan menjadi orangtua yang memalukan bagianya. Ini bisa menjadi cara komunikasi yang efektif, jika Anda pandai melakukannya.

Jika menulis pesan di lini masa (timeline) membuatnya terganggu, gunakan pesan pribadi (private message). Jadilah pengamat, bukan pengawas yang mengganggunya.

Pendengar Baik

Seperti saat ia masih anak-anak, dengarkan ketika ia memutuskan untuk membuka diri. Meski hanya tentang video game atau kawan sekelas yang menyebalkan. Menurut Anda mungkin tak penting, tapi amat berarti baginya.

Usahakan mengingat apa yang mereka bicarakan, meski Anda tak benar-benar mengerti. Ini akan menjadi ‘senjata’ berbicara dengannya dan ia tahu bahwa Anda selalu ada untuknya.