Duh! Ratusan Arca Borobudur Tanpa Kepala [natgeo]

Duh! Ratusan Arca Borobudur Tanpa Kepala

PinkKorset.com, Magelang – Kemegahan Candi Borobudur sebenarnya masih menyimpan misteri. Terutama terkait hilangnya ratusan kepala pada arca Budha. 

Menurut catatan Balai Konservasi Borobudur (BKB), dari 504 arca Budha di candi peninggalan Wangsa Syailendra abad ke-8 itu, sebanyak 248 arca tidak memiliki kepala.

Kepala Seksi Pelayanan Konservasi BKB Iskandar M Siregar mengungkapkan, BKB masih menyimpan 57 kepala arca yang belum dipasang. Sebanyak 52 buah diantaranya dalam kondisi utuh, sedangkan lima sisanya dalam kondisi rusak.

“Sejak dilakukan pemugaran oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1907, kepala-kepala arca yang kami simpan itu sudah ada,” ujar Iskandar, Kamis (22/5/2014).

BKB belum bisa memastikan di mana kepala arca yang hilang. Juga tidak diketahui apakah hilang sebelum dipugar, karena dicuri, masih terpendam di kawasan sekitar candi, atau sudah berpindah tangan secara ilegal ke pihak lain.

Mereka pun tak dapat memastikan apakah ke-248 arca Budha tanpa kepala itu memang ada kepala pasangannya atau memang belum selesai dibuat nenek moyang.

“Karena selain tanpa kepala, sejumlah arca juga ada yang tidak ada tangannya dan beberapa bagian tubuh lainnya,” katanya.

Tak Ada Pencarian Khusus

Iskandar mengatakan, BKB tidak secara khusus mencari kepala arca yang hilang. Pihaknya hanya menunggu informasi dari masyarakat dan pihak-pihak yang mengetahui keberadaannya.

Informasi terbaru adalah pada 2013, ketika BKB mendapat laporan ada lima kepala arca Budha dimiliki seorang kolektor di Paris, Perancis. Setelah foto yang dikirimkan diteliti, disimpulkan kepala arca itu bukan dari candi Borobudur, karena cirinya berbeda.

“Secara sekilas mirip, namun setelah kami teliti ternyata ada bagian-bagian yang tidak sama. Seperti ciri rambut, bentuk alis, bibir serta bentuk kepala yang berbeda dengan yang ada di Candi Borobudur,” urainya.

Kemudian pada 2009, seorang warga menemukan dua kepala arca di Dusun Mendalan, Desa Tanjungsari, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.  Keduanya kemudian dipasang pada 2012 dan 2013.

Tidak mudah memasang kepala arca ke badannya. Selain harus diteliti dengan cermat, mulai dari bekas ‘luka’ di badan arca dengan yang tersisa di leher kepala hingga kesesuaian struktur batunya.

“Satu per satu kepala itu dicocokkan dengan yang ada di candi Borobudur. Minimal satu tahun bisa diketahui,” ujarnya.

Pemasangan kepala pun tidak sembarangan, butuh tim ahli dan peralatan khusus. Seperti lem untuk jenis batu seharga Rp3 juta per kaleng dan pengait antara kepala arca dengan badan (angkur) dari serat buatan Jerman.

“Kebetulan ada arkeolog dari Jerman yang membawakan angkur itu untuk kami, di Indonesia kami belum menemukan,” ujar Iskandar.

Penggalian Rutin

Kendati tidak ada upaya khusus pencarian kepala-kepala arca, BKB rutin melakukan survei maupun ekskavasi (penggalian) di sejumlah titik di kawasan sekitar candi Borobudur yang diperkirakan terpendam situs-situs candi purbakala.

Kawasan tersebut telah dipetakan oleh BKB menjadi kawasan stategis nasional (KSN) dan terbagi menjadi lima zona. Zona I (zona pelestarian candi), zona II (taman wisata, laboratorium), zona III (permukiman, persawahan, toko cendera mata), zona IV (panorama sejarah), dan zona V (taman arkeologi nasional), yang berada di radius maksimal lima kilometer dari zona I.

Dengan KSN tersebut, ada ketentuan-ketentuan tertentu yang harus diterapkan masyarakat. Yakni harus melapor ke BKB jika hendak membangun rumah atau melakukan aktivitas penggalian tanah.

“Selama ini sudah ada masyarakat yang sadar tentang ketentuan itu, misalnya saat hendak membangun pom bensin, mendirikan tower, dan sebagainya. Namun masih banyak juga masyarakat yang belum tahu. Kita terus melakukan sosialisasi,” katanya.

Sumber: Kompas