Negara Islam Belum Tentu Paling Islami [boiseweekly]

Negara Islam Belum Tentu Paling Islami

PinkKorset.com – Negara yang penduduk mayoritasnya beragama Islam, belum tentu menerapkan nilai Islam dalam segala aspek kehidupannya.

Dalam riset yang dipublikasikan dalam Global Economy Journal, diketahui bahwa tidak ada negara Islam yang menduduki peringkat 25 besar sebagai negara paling islami.

Studi yang dilakukan terhadap 208 negara ini mencoba membandingkan idealisme Islam dalam hal pencapaian ekonomi, pemerintahan, hak rakyat dan hak politik, serta hubungan internasional.

Berdasarkan hasil riset, ternyata justru negara-negara seperti Irlandia, Denmark, Luksemburg, dan Selandia Baru yang dianggap paling islami di dunia. Sementara negara lain yang menerapkan ajaran Islam paling nyata adalah Swedia, Singapura, Finlandia, Norwegia, dan Belgia.

Sementara negara Islam seperti Malaysia hanya menempati peringkat ke-33. Untuk posisi 50 besar, Kuwait berada di peringkat ke-48, sedangkan Arab Saudi di posisi ke-91 dan Qatar ke-111.

Hossein Askari, salah satu peneliti yang juga guru besar politik dan bisnis internasional di Universitas George Washington, AS, mengatakan, kebanyakan negara Islam menggunakan agama sebagai instrumen untuk mengendalikan negara.

Jika sebuah negara memiliki ciri-ciri tak ada pemilihan, korup, opresif, memiliki pemimpin yang tak adil, tak ada kebebasan, kesenjangan sosial yang besar, tak mengedepankan dialog dan rekonsiliasi, negara itu tidak menunjukkan ciri-ciri Islami.

“Kami menggarisbawahi bahwa banyak negara yang mengakui diri Islami tetapi justru kerap berbuat tidak adil, korup, dan terbelakang. Faktanya mereka sama sekali tidak Islami,” ujarnya.

Sementara negara-negara Barat justru merefleksikan ajaran Islam, termasuk dalam pengembangan perekonomiannya. Di Irlandia, diperkirakan sebanyak 49 ribu warganya memeluk Islam.

Dr Ali Selim, anggota senior Pusat Kebudayaan Islam Irlandia (ICCI), mengatakan, umat Muslim dan warga Irlandia lainnya bisa hidup berdampingan karena sama-sama memiliki kesamaan sejarah.

“Irlandia pernah menjadi wilayah jajahan dan banyak rakyat Irlandia menderita diskriminasi rasial dan selalu diasosiasikan dengan terorisme. Umat Muslim juga mengalami hal serupa,” ujar Selim.

Selain itu, lanjut Selim, para imigran Muslim di Irlandia mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri, termasuk dalam bidang ekonomi.

“Al Quran menganjurkan umat Muslim untuk hidup sejahtera dan Dublin merupakan salah satu pusat investasi Islam terbesar di Eropa,” ujarnya.