Pertamina dan PLN Masuk Fortune Global 500 [PLN, PERTAMINA]

Pertamina dan PLN Masuk Fortune Global 500

PinkKorset.com – PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) menjadi dua perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang masuk jajaran 500 perusahaan dengan pendapatan tertinggi dunia.

Pertamina menduduki peringkat ke 123 dalam Fortune Global 500 2014, dengan total pendapatan sepanjang 2013 mencapai US$ 71,1 miliar, meningkat dibandingkan 2012 sebesar US$ 70,9 miliar. Laba bersih pada 2013 juga naik 11% menjadi US$ 3,07 miliar dari tahun sebelumnya US$ 2,77 miliar.

Pertamina berada satu peringkat di bawah China Development Bank dan satu peringkat di atas Marubeni. Secara keseluruhan, Pertamina lebih unggul dibandingkan perusahaan besar lain seperti PepsiCo di peringkat 137, Unilever di peringkat 140, Google di posisi 162 dan Caterpillar di peringkat 181.

Namun, posisi Pertamina kali ini sebenarnya turun dibanding tahun lalu, yang menduduki peringkat ke 122.

PLN pertama kalinya masuk Fortune Global 500

Sementara, PLN untuk pertama kalinya berhasil masuk Fortune Global 500 dengan menempati peringkat 477 dengan total pendapatan Rp 257,4 triliun sepanjang 2013, atau naik 10,6% dari Rp232,7 triliun pada 2012.

PLN berada satu peringkat di bawah Showa Shell Sekiyu, anak perusahaan Royal Dutch Shell dan satu peringkat di atas Alfresa Holding, perusahaan farmasi asal Amerika. Secara keseluruhan, PLN unggul dibandingkan Qualcomm di peringkat 480, Fujifilm Holdings di peringkat 487 dan Roll-Royce Holding di peringkat 489.

Meningkatnya pendapatan usaha pada 2013 kenaikan volume penjualan tenaga listrik dan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) yang diberlakukan bertahap setiap kuartal mulai Januari 2013.

——–

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan sangat mengapresiasi kinerja kedua perusahaan energi tersebut. Ia pun menargetkan beberapa BUMN bisa masuk Fortune 500 dalam dua tahun mendatang. “Mungkin dua tahun lagi lima BUMN bisa masuk Fortune 500. Saya kira BRI sama Bank Mandiri bisa, Telkom bisa,” katanya.

Hal ini bisa terwujud asalkan perusahaan BUMN juga didukung pihak-pihak stakeholder lain di pemerintahan Indonesia. “Asal usaha BUMN selama ini dan aksi korporasi bisa lebih profesional, dalam arti tidak dicampuri, tidak dihambat,” ujarnya.