Putusan The Fed, Rupiah Kembali Menguat Foto: google

Putusan The Fed, Rupiah Kembali Menguat

PinkKorset.com, Jakarta – Rupiah kembali menguat pagi ini, setelah berbagai keputusan yang diambil bank sentral AS, The Fed.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Kamis (19/6/2014) pagi menguat 78 poin menjadi Rp11.918, dibandingkan posisi sebelumnya di level Rp11.996 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa pelemahan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama dunia, termasuk rupiah, terjadi setelah bank sentral AS (The Fed) memangkas outlook pertumbuhan ekonominya untuk tahun ini menjadi 2,1-2,3%, dan mempertahankan suku bunganya di level 0,25%.

Selain itu, The Fed sesuai estimasi pasar, juga mengurangi target pembelian obligasi bulanan menjadi US$35 miliar.

“Sepertinya the Fed masih akan terus mempertahankan sikap kebijakan akomodatif, sehingga fluktuasi pasar keuangan di dalam negeri kembali stabil setelah mengalami tekanan cukup signifikan,” katanya.

Menurut Ariston, melebarnya defisit neraca transaksi berjalan AS menjadi US$111,2 miliar pada kuartal pertama tahun ini juga masih menjadi salah satu sentimen negatif bagi dolar AS.

Kendati demikian, penguatan rupiah masih dibayangi oleh konflik di Irak yang memicu peningkatan harga minyak dunia. Tingginya harga minyak dunia menjadi kekhawatiran bagi negara-negara net importer, seperti Indonesia.

Selain perlambatan pertumbuhan ekonomi China hingga ketidakpastian ekonomi di Eropa. Berlanjutnya krisis di Ukraina juga mendorong harga gas naik.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, rupiah juga terancam sejumlah persoalan domestik, seperti pembelian valuta asing oleh korporasi ritel untuk pembayaran utang luar negeri, pembayaran bunga, repatriasi keuntungan dan kewajiban terhadap luar negeri lainnya.

“Ada juga pembelian valuta asing akibat kekhawatiran situasi di Irak, sehingga mereka membeli lebih awal. Ada kekhawatiran kondisi di Irak akan menekan neraca perdagangan Indonesia, karena harga minyak meningkat dan nanti dikhawatirkan akan ada tekanan pada neraca transaksi berjalan,” paparnya.

Bahkan, persaingan secara politis dalam pemilihan presiden di Indonesia juga akan mempengaruhi nilai tukar rupiah. “Jadi (pelemahan rupiah) saat ini sifatnya unik, dari kondisi dunia dan kondisi di Indonesia. Tetapi, secara umum ekonomi kita masih baik,” ujarnya.