Duh, Rupiah Tembus 14 Ribu per Dolar AS [tempo]

Duh, Rupiah Tembus 14 Ribu per Dolar AS

PinkKorset.com, Jakarta – Nilai tukar rupiah awal pekan ini tertekan hingga tembus level Rp14.000 per dolar AS.

Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin (24/8/2015) ditutup melemah di Rp 14.040 per dolar AS dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu di Rp 13.940 per dolar AS.

Pagi tadi, rupiah dibuka melemah 36 poin menjadi Rp 13.977 per dolar AS, dan sepanjang hari, mata uang Indonesia ini bergerak di kisaran 13.977-14.053 per dolar AS.

Sejak awal 2015, nilai tukar rupiah sudah mengalami pelemahan sekitar 12,3%.

Apa sebab pelemahan rupiah?

Kepala Riset PT Monex Investindo Ariston Tjendra menuturkan rupiah tembus 14.000 per dolar AS karena pelaku pasar khawatir bank sentral negara lain akan mengikuti langkah Tiongkok untuk melemahkan mata uangnya.

Hal ini membuat pelaku pasar menarik diri dari emerging market atau pasar negara berkembang yang termasuk pasar berisiko. Perang mata uang di pasar keuangan pun terjadi. “Ini dikhawatirkan bank sentral akan ikut melemahkan mata uang,” ujarnya.

Senada dengan analis PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova. Menurutnya, dampak pelemahan mata uang Yuan China yang diikuti dengan Dong oleh bank sentral Vietnam telah mempengaruhi pelemahan rupiah. Selain itu, belum ada sentimen positif dari internal untuk mengangkat nilai tukar rupiah.

Sementara Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan nilai tukar dolar AS kembali menguat terhadap mayoritas mata uang Asia pagi ini karena kemungkinan The Federal Reserve akan menaikan suku bunganya September mendatang.

“Meski masih ada keragu-raguan The Fed menaikan suku bunga menyusul ekonomi global yang masih melambat, namun hal itu tetap mendorong pelaku pasar melakukan akumulasi dolar AS,” katanya.

Bagaimana intervensi Bank Indonesia?

Ariston berharap BI bergerak cepat intervensi untuk menahan pelemahan rupiah lebih lanjut. Pasalnya kebijakan fiskal masih butuh waktu untuk memulihkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Sedangkan Rully menilai, BI telah melakukan intervensi di pasar tetapi belum maksimal. Kendati demikian, Ia pesimistis, intervensi yang dilakukan BI dapat mengangakt rupiah ke level 13.000. “Saat ini tekanan begitu besar sehingga sulit kembali ke level di bawah 14.000,”katanya.

Reza juga berharap upaya Bank Indonesia untuk menahan pelemahan nilai tukar rupiah lebih dalam dengan beberapa kebijakannya mendapat respons positif dari pasar sehingga rupiah tidak tertekan lebih dalam.