Duh, Hampir Separuh Jajanan Anak Tidak Sehat [infosehat]

Duh, Hampir Separuh Jajanan Anak Tidak Sehat

PinkKorset.com, Jakarta – Jajanan tidak sehat banyak ditemukan di sekitar sekolah anak. Bahkan hampir separuh jajanan tersebut dikategorikan tidak sehat.

Proses tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang berkualitas dan memenuhi kaidah gizi seimbang. Nutrisi dapat diperoleh melalui makanan utama dan makanan selingan atau jajanan.

Sayangnya jajanan anak yang beredar di lingkungan khususnya di sekolah kurang memenuhi syarat kesehatan dan bahkan membahayakan.

Bahkan menurut penelitian BPOM, hampir separuh atau 44% jajanan anak di pasaran tidak sehat dan banyak mengandung zat adiktif.

“Permasalahan pangan di Indonesia ada empat, yakni cemaran mikroba, kimia, penyalahgunaan bahan berbahaya, dan penggunaan bahan tambahan pangan melebihi batasan,” kata Drs. Mustofa, Apt, M.Kes, Direktur Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya BPOM  di Jakarta baru-baru ini.

Jajanan membahayakan kesehatan bila menggunakan bahan tambahan makanan berlebih atau menggunakan bahan tambahan bukan untuk pangan (formalin, pewarna tekstil dan borax).

Bahan tambahan makanan (BTP) berlebih, seperti pewarna, pemanis, pengawet, pengempal, dan lainnya memengaruhi kesehatan. Alergi kulit, diare dan gangguan pernapasan merupakan beberapa efek samping BTP berlebih.

permen

Sementara itu, banyak dijumpai jajanan yang dicampur bahan tambahan bukan pangan. Hal ini efeknya ebih membahayakan bagi kesehatan. Efek samping yang dirasakan berbeda-beda setiap individu.

“Konsumsi bahan tambahan bukan pangan menimbulkan iritasi lambung, migrain, kelelahan, kesulitan tidur, mual dan muntah, tidak nafsu makan, diare dan dampak jangka panjangnya kerusakkan fungsi hati,” kata Dr. dr. Rini Sekartini, SpA (K), Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI Jaya).

Adapun cemaran kimia yang paling banyak ditemukan pada jajanan kaki lima, mengandung Borax (pengempal yang mengandung logam berat boron), Formalin (pengawet mayat), Rhodamin B (pewarna merah tekstil) dan Methanol Yellow (pewarna kuning tekstil).

Data BPOM menyebutkan, persentase Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang tercemar bahan berbahaya sebenarnya mengalaim penurunan, dari 18% pada 2010 menjadi 9% pada 2014. Penggunaan BTP berlebih pada PJAS pun menurun dari 23% pada 2010 menjadi 16% pada 2014.

Kendati demikian, pihak BPOM mengakui cemaran mikroba masih tetap tinggi. “Jumlah coli form, bakteri pembentuk e-coli dan jamur (kapang dan khamir) pada jajanan masih tinggi karena kelembaban di Indonesia tinggi,” kata Drs. Mustofa.

Untuk menekan jumlah cemaran ini, pihak BPOM terus mengambil tindakan. “Untuk menekan peredaran jajanan berbahaya, kami senantiasa melakukan sidak teratur dengan pengambilan sampel dan pengujian pangan jajan anak sekolah, edukasi ke pedagang dan koordinasi dengan Pemda,” katanya.

Belum Ada Berita Terkait