Indonesia Termasuk Negara Bermasalah Gizi Serius [PinkKorset/hawkeye]

Indonesia Termasuk Negara Bermasalah Gizi Serius

PinkKorset.com – Indonesia memiliki masalah gizi seperti stunting, wasting dan obesitas. Stunting menjadi tantangan utama Indonesia, khususnya di wilayah timur.

Global Nutrition Report (GNR) 2014 menyebutkan, Indonesia masuk ke dalam daftar 17 negara bermasalah gizi serius. Permasalahan ini mencakup stunting (tinggi badan menurut umur kurang), wasting (berat badan menurut tinggi badan kurang) dan obesity (kegemukan).

Stunting menjadi target utama penyelesaian masalah gizi di Indonesia. Menurut data Kementerian Kesehatan mengenai sumber jumlah penduduk balita pada 2013, penderita stunting sebanyak 37,2% (hampir 9 juta balita).

Jumlah ini lebih tinggi ketimbang penderita wasting 12,2% (sekitar 2,9 juta balita) dan obesity 11,9% (2,8 juta balita).

Riset GNR 2014 juga menyebutkan, Indonesia masuk ke dalam daftar 47 negara di dunia yang bermasalah dengan stunting pada balita. Stunting juga berdampak serius bagi perkembangan generasi bangsa.

Stunting mempresentasikan anak yang telah mengalami kekurang gizi kronis dan berulang, umumnya telah terjadi pada seribu hari pertama kehidupan (HPK). Kondisi ini tak hanya berdampak pada tinggi badan, tapi juga terganggunya perkembangan kognitif dan tingkat kecerdasannya.

“Ini berpengaruh pada daya saingnya saat dewasa,”  jelas Prof. Dr. Endang L. Achadi, MPH, Dr. PH, Guru Besar Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia saat press conference program Rantai, Mondelez Indonesia.

Menanggapi hal ini, Mondelez Indonesia menjalankan program Rapid Action on Nutrition and Agriculture Initiative (Rantai) dan menggandeng Helen Keller International (HKI) Indonesia sebagai eksekutor.

“Rantai merupakan bentuk komitmen mewujudkan salah satu dari lima pilar strategi global Mondelez International yaitu Protect the Well-being of Our Planet,” ujar Rhea Sianipar, Country Head of Corporate and Goverment Affairs, Mondelez Indonesia pada kesempatan yang sama.

Program yang berdurasi 2011-2015 menitikberatkan di 4001 desa, 74 desa di 17  Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Wilayah Timur Indonesia lebih difokuskan karena beberapa alasan. Enam dari 10 balita pendek, tiga dari 10 balita berat badan kurang, dua dari lima perempuan usia subur berat badan kurang, enam dari sepuluh balita menderita anemia gizi besi.

“Juga empat dari 10 ibu hamil menderita anemia gizi besi,” ujar Mardewi, Nutrition Program Manager, HKI Indonesia menjelaskan latar belakang program rantai difokuskan di wilayah Timur Indonesia.

Program in diantaranya memberikan pendidikan gizi kepada rumah tangga serta penguatan kapasitas masyarakat dengan pelatihan dan pendampingan tentang praktik-praktik bercocok tanam sayur dan buah berbasis gizi, beternak ayam dan ikan serta menjual kelebihan hasil panen.

“Sehingga rumah tangga dapat mengonsumsi makanan yang beragam dan bergizi setiap saat,” paparnya.