Kebijakan Energi Teranyar, Apa Manfaat Bagi Ekonomi RI? [google]

Kebijakan Energi Teranyar, Apa Manfaat Bagi Ekonomi RI?

PinkKorset.com, Jakarta – Dua kebijakan Pemerintah di sektor energi diyakini membawa manfaat bagi perekonomian Indonesia.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, kebijakan yang dibuat pemerintah akan menjadikan perekonomian Indonesia jauh lebih baik, dengan tiga dampak positifnya.

Setidaknya ada 3 poin positif dampak kebijakan pemerintah menghapus subsidi premium.

Pertama. Pemerintah bisa punya anggaran lebih dari penghapusan subsidi BBM dan bisa dialihkan ke sektor produktif. Ini akan membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih tinggi. Anggaran subsidi bisa digunakan untuk infrastruktur, pengembangan UMKM dan dan lain-lain.

Penurunan harga BBM jenis premium dan solar juga akan membuat inflasi terkendali, bahkan deflasi.

Menurut Perry, inflasi di Indonesia umumnya tinggi, apalagi pada saat 2005, 2008, dan 2013.

“Dengan penghapusan subsidi premium dan fix subsidi solar, ini akan ter-record dalam inflasi bulan per bulan sehingga tidak ada lagi penyesuaian harga sehingga inflasi stabil,” ujarnya di Gedung BI, Thamrin, Jakarta, Rabu (31/12/2014).

Terkait deflasi, dampak dari penurunan harga BBM bersubsidi ini bisa mendorong deflasi. Pasalnya, penurunan harga BBM akan berdampak pada penurunan tarif angkutan dan harga barang-barang.

“Dampak di Januari 2015 dengan penurunan harga BBM jelas akan terjadi deflasi di komponen harga BBM, nanti kita akan hitung dari Rp 8.500 ke Rp 7.600 berapa dampaknya. Ini memudahkan pengendalian inflasi ke depan,” katanya.

Sedangkan dampak ketiga dari kebijakan energi teranyar ini adalah perbaikan dari defisit neraca transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD). Angka impor BBM akan menyusut dan menekan defisit anggaran.

“Akan ada perbaikan CAD, yang jelas defisit migas akan lebih terkendali, pola konsumsi BBM selama ini lebih tinggi karena disubsidi, dengan kondisi saat ini masyarakat lebih mengendalikan konsumsinya sehingga impor lebih rendah sehingga defisitnya lebih rendah. Tapi tergantung seberapa besar ekspansi pemerintah juga,” ujarnya.

Namun begitu, Perry menambahkan, dalam jangka pendek, dampak kebijakan pemerintah ini belum tampak signifikan.

“Jangka pendek dampaknya tidak terlalu besar tapi jangka panjangnya akan besar karena dengan kenaikan spending, produksinya naik, kebutuhan impor non migas akan turun. Dalam jangka panjang produksi nasional lebih tinggi. Tahun depan dampak ke CAD belum terlalu besar tapi jangka panjang akan terkendali,” ujarnya.

Seperti diketahui, Pemerintah menghapus subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium dan menurunkan harganya menjadi Rp 7.600 per liter dari sebelumnya sebesar Rp 8.500 per liter.

Selain menetapkan kebijakan subsidi tetap untuk BBM jenis solar sebesar Rp 1.000 per liter. Harga solar juga diturunkan dari semula Rp 7.500 per liter menjadi Rp 7.250 per liter. Sementara minyak tanah tetap Rp 2.500 per liter.