Kemurnian Produk Jadi Nilai Jual Grom [bisnis]

Kemurnian Produk Jadi Nilai Jual Grom

PinkKorset.com, Jakarta – Grom menyuguhkan kemurnian gelato, sorbet dan granita sebagai strategi penjualan utamanya.

Demikian pula standarisasi tinggi terhadap kualitas dan dukungannya terhadap lingkungan.

Cabang Grom buka di Jakarta pada 17 September 2015 lalu di Lantai 1 Unit 70-72, Pacific Place Mall, Jakarta Selatan. Kehadirannya menjadi yang pertama di Indonesia sekaligus di Asia Tenggara.

Merek gerai gelato asal Italia ini mengincar Indonesia karena adanya potensi pasar yang besar. Selain jumlah penduduk, gelato dengan konsep autentik dan natural dinilai belum ada dan belum digarap.

“Potensinya besar sekali. Gelato di Indonesia sebenarnya market yang belum tersentuh sama sekali. Belum ada gelato yang genuine Italian gelato. Makanya saya yang memelopori gelato asli di Indonesia,” kata Cathleen Purwana, Grom Indonesia Representative saat media gathering Grom di Jakarta, baru-baru ini.

Kendati demikian, awalnya tidak mudah bagi Cathleen membawa Grom ke Indonesia. Pemilik Grom, Guido Martinetti dan Federico Grom menyangsikan pasar di Indonesia. “Sudah lama saya melobi mereka. Tahun 2012 baru dapat izin buka di Indonesia. Itu pun setelah mereka tiga kali ke Indonesia,” kata Cathleen.

Target konsumen Grom tidak jauh berbeda dengan gerai es krim premium lainnya. “Target kami dari anak kecil sampai orang tua. Harga gelato kami sama seperti Baskin Robbins dan Haagen Dasz,” katanya.

Menjaga kemurnian produk

grom2Bahan-bahan alami, standarisasi kualitas dan ramah lingkungan menjadi fokus utama Grom. Beberapa hal tersebut menjadi kekuatan sekaligus strategi marketing Grom.

“Grom punya R&D sendiri. Hampir seluruh ingredient berasal dari perkebunan mereka sendiri. Mereka melakukan penelitian untuk menumbuhkan buah-buahan terbaik,” ucap Cathleen.

Salah satu upaya menghasilkan kemurnian produk-produknya, Grom membudidayakan buah-buahan sendiri di kebun bernama Mura Mura yang berlokasi di Asti, Italia.

Perkebunan seluas 20 hektar ditanami bahan baku seperti buah persik, apricot, pir dan ara (fig). lebih dari 100 ragam tanaman dibudidayakan secara organik. Setiap 1 hektar clean soil mampu menghasilkan 15 ribu kg clean fruit untuk 40 gerainya di seluruh dunia.

Untuk menghasilkan standarisasi kualitas, Grom mengolah bahan baku gelato, sorbet, dan granita di beberapa wilayah di Italia, yakni Padova, Florence dan Parma. Hasil pengolahan tersebut menjadi bahan setengah jadi (liquid mixes) yang siap didistribusikan di seluruh gerai di seluruh dunia.

Bahan tersebut siap diolah menjadi gelato, sorbet dan granita di laboratorium masing-masing gerai Grom. Produksi di setiap gerai dilakukan setiap hari untuk menjamin kesegarannya.

Menurutnya, agar tidak ada produk tersisa, setiap hari telah memperkirakan jumlah produk yang akan dijual. “Kami memperkirakan produksi per hari sebanyak 200-300 cup,” ujarnya.

Standarisasi yang ketat dan tinggi ini rupanya menjadi salah satu kendala. “Tantangannya adalah memastikan bahan bakunya sampai ke Indonesia, namun tetap fresh itu susah,” keluh Cathleen.

Meskipun begitu, ia tetap yakin menjalankan usahanya. Setidaknya setelah beberapa minggu buka, penerimaannya cukup memuaskan. “Grom diterima dengan baik, melebihi ekspektasi saya. Sudah ada perhitungannya tapi confidential,” ujarnya.

Sementara itu, Grom juga mempunyai kebijakkan produksi yang berorientasi lingkungan dan ecosustainbility. Grom menggunakan bahan Master-Bi sebagai pengganti peralatan plastik, seperti sendok, cup, dan plastik sampah.

Kertas dan detergen yang digunakan sudah tersertifikasi ramah lingkungan. Untuk penyimpanan produk digunakan tutup silikon. Pengolahan limbah sampah dilakukan dengan memilah, recycle dan renewing.

Ke depannya, Grom di Indonesia akan membuka meluaskan pangsa pasar. “Rencananya tahun depan akan mendirikan 3 gerai Grom di Jakarta,” pungkasnya.