PinkKorset.com, Jakarta – Sejarah panjang ibukota tertuang secara visual melalui Pameran Besar Seni Lukis Jakarta 2015. Seperti apa?
Ratusan tahun sebagai salah satu pusat perdagangan antar bangsa membuat Jakarta memiliki sejarah panjang pertemuan kebudayaan. Pada akhirnya, perkembangan seni rupa pun ikut terpengaruh.
Untuk menilik perkembangan seni lukis di Jakarta sekarang, Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) kembali menghadirkan Pameran Besar Seni Lukis Jakarta.
Tahun ini, DKJ mengambil tema Rendering Regime, sebagai sebuah usaha manipulatif dari pihak yang berkuasa dengan cara memperindah dan mengaburkan segala hal melalui pendekatan visual.
Pameran ini dikuratori Leonhard Bartolomeus, kurator muda yang punya perhatian terhadap perkembangan seni lukis Indonesia. Tema tersebut, lanjutnya, merupakan usaha untuk melihat apa yang sedang dibicarakan seniman masa kini.
“Dalam konteks kehidupan sosial politik, Rendering Regime sering ditemukan. Terutama dalam pemberitaan di media-media lokal,” katanya, dalam siaran pers yang diterima redaksi PinkKorset.com.
Rendering Regime akan memamerkan karya dari 30 seniman Jakarta seperti Andrew Delano, Bunga Yuridespita, Dwi “Ube” Wicaksono Suryasumirat, Gadis Fitriana, Guntur Wibowo, Haris Purnomo, Hauritsa, Henry Foundation dan banyak lagi.
“Seniman yang kita undang untuk pameran ini 50 pelukis, tapi hanya 30 yang mengiyakan. Dipilih dari beragam gaya, usia, dan latar belakang,” lanjut Barto, panggilan akrabnya.
Pameran Besar Seni Lukis Jakarta: Rendering Regime diadakan selama 21 hari pada 24 Oktober-13 November 2015 di dua galeri sekaligus, yaitu Galeri Cipta II dan III, Taman Ismail Marzuki.
Pembukaan pameran telah diadakan pada 24 Oktober 2015 lalu di Galeri Cipta III, dimeriahkan oleh pertunjukan musik dari Efek Rumah Kaca dan We Love ABC.
Untuk lebih memahami karya-karya para seniman tersebut, diadakan Tur Bersama Kurator setiap Sabtu (31 Oktober dan 7 November) pukul 14.00-16.00 WIB. Rangkaian pameran tersebut gratis dan terbuka untuk umum.
