Akibat Makan Terlalu Banyak

PinkKorset.com – Apa yang terjadi pada tubuh Anda ketika makan terlalu banyak?

Musim liburan biasanya identik dengan makan terlalu banyak, terutama gula dan lemak. Padahal setiap hari Anda bersusah payah mengatur diet agar asupan seimbang. Melakukan hal ini sesekali sih boleh saja.

Tapi apa yang terjadi jika Anda makan terlalu banyak? Pakar tubuh dan reaksinya terhadap makanan, Lisa Eberly, RD, MPH dan psikolog di Penn State Muscle Biology Lab Nicole Aurigemma, MS menjabarkan hal tersebut.

Perut Renggang

Perut, Eberly menjelaskan, bersifat elastis. Ukurannya berbeda-beda namun orang dewasa bisa menampung kurang lebih satu liter dan bisa merenggang hingga empat liter. Saat makan besar dan terus menerus, ukuran perut tak kembali. “Perut akan melebar secara permanen,” katanya.

Malfungsi Jaringan Perut

Jaringan di bagian awal perut gagal menyampaikan sinyal kenyang ke otak. Makan terlalu banyak berisiko menyebabkan malfungsi ini terus berlangsung, membuat otak semakin sulit mengenal rasa kenyang.

Otak ‘Kecanduan’

Makanan enak memiliki efek terhadap otak. Makan secara berlebihan akan memicu sistem di otak seperti ketika seseorang kecanduan. Hormon ghrellin diproduksi sebelum makan untuk memicu rasa lapar yang normal dan jumlahnya turun saat sudah kenyang. Makanan enak terus memicu produksi hormon ini.

“Anda tak merasa kenyang dan otak tak tahu kapan harus berhenti,” kata Aurigemma. Sensasi kecanduan disebabkan oleh dopamine, menyebabkan Anda ketagihan makanan enak karena timbul perasaan senang saat mengonsumsinya.

Melepas Hormon, Menyimpan Lemak

Ketika ghrelin menstimulasi selera makan, hormon lainnya ikut menciptakan sensai kenyang. Proses ini membutuhkan sekitar 20 menit. Saat makan cepat dan banyak, Anda sudah melewati batas kenyang sebelum otak memprosesnya. Aurigemma dan Eberly menyarankan Anda minum segelas air sebelum makan dan jalan selama 20 menit selesai makan besar.

Kadar Gula Darah Meroket

Makan besar menyebabkan pankreas memproduksi ekstra insulin untuk memproses gula dari karbohidrat dan menyingkirkannya dari darah. Insulin terus diproduksi hingga otak merasa kadar gula darah sudah aman. Namun kelenjar hormon tak bergerak secepat yang kita kira.

Ketika otak merasa gula darah sudah normal, levelnya kadang terlalu rendah. Akibatnya, Anda merasa lelah, pusing, mual dan bahkan beberapa gejala depresi. “Gejala-gejala ini menyebabkan kita ingin makan lagi, terutama karbohidrat,” kata Eberly. Lagi-lagi, ia menyarankan jalan 20 menit setelah makan besar.

Mulas/Perut Panas (Heartburn)

Perut memproduksi asam hidrokolik untuk memecah makanan. Semakin banyak makan, semakin banyak produksi asam ini. Hal tersebut menyebabkan sensasi seperti terbakar dan tak nyaman. Untuk mengatasinya, bisa menggunakan sesendok baking soda dicampur seperempat gelas air.

Merusak Pola Makan dan Tidur

Makan besar merusak pola sirkadian (circadian rhythm) yang mengatur kapan makan dan tidur. Selain makan berlebihan, ada kemungkinan Anda terbangun karena lapar di tengah malam atau kelaparan di pagi hari sehingga makan berlebihan.

“Tidur pun tak nyenyak, Anda terbangun dengan perasaan tak enak. Sebaiknya kembali ke pola makan normal Anda esok harinya setelah makan besar,” saran Eberly.

Lelah

Sistem parasimpatetik Anda bekerja. Darah mengalir ke usus untuk membantu pencernaan. Tubuh pun menjadi lelah, apalagi karena insulin sedang diproduksi. Ini sebabnya Anda merasa ngantuk setelah makan besar. Aurigemma menyarankan Anda terus aktif saat liburan dan makan besar.

Sementara Eberly memberi tips untuk meletakkan sendok-garpu beberapa kali saat makan, serta mengunyah secara perlahan. Jangan bermalas-malasan setelah makandan upayakan kembali ke jadwal makan normal. “Jadikan moderat sebagai kunci porsi makanan,” imbuhnya.