Alasan Dunia Menyukai Tetris [independent]

Alasan Dunia Menyukai Tetris

PinkKorset.com – Game yang satu ini amat menarik dan populer di seluruh dunia. Sejak jaman konsol ‘jadul’ hingga di smartphone saat ini, Tetris masih ada dan banyak dimainkan. Mengapa dunia menyukainya?

Tetris adalah sebuah permainan sederhana. Menyusun balok, meski kadang-kadang sebal karena balok lurus itu tak kunjung muncul, ternyata bisa membuat Anda santai dan terlena. Tak sesulit game mobil balap ataupun perang-perangan.

Bisa dikatakan, Tetris memiliki masa ketika ia menghipnotis seluruh dunia. Begitu menarik, hingga jurnalis teknologi Dan Ackerman melakukan riset mendalam dan membukukannya dengan judul ‘The Tetris Effect: The game that hypnotized the world’.

Buku Ackerman menyelidiki sejarah Tetris hingga ke belakang layar cikal bakal Tetris, sebuah game bernama Iron Curtain yang dikembangkan programer Soviet, Alexy Pajitnov pada awal 1980-an. Setelah banyak versi, variasi, dan platform, game ini yang pertama masuk ke Nintendo Gameboy.

Pajitnov menciptakan Tetris ketika bekerja di Russia Academy of Sciences. Ia mengajak koleganya bermain. Meski modelnya hanya monokrom dengan blok yang dibangun dari karakter ASCII, semua menyukainya.

Tapi ini tak menjawab bagaimana bisa Tetris mendobrak batasan budaya, geopolitik, dan linguistik tanpa bersusah payah. Sederhanya, menurut Ackerman, Tetris sukses karena tak perlu instruksi rumit atau latihan untuk memainkannya.

Begitu dimulai, tujuannya jelas. Anda mengendalikan balok-balok yang berjatuhan dan menempatkannya untuk memenuhi ruangan. Jika dilakukan dengan benar, baris yang penuh akan menghilang dan bangunan balok Anda turun.

Seiring berjalan waktu, Anda akan naik level. Artinya, balok akan berjatuhan semakin cepat. Intinya, game ini mengenai hubungan dalam sebuah ruangan. Bagi beberapa orang, ini menghipnotis.

Pada 1994 pernah terbit sebuah buku bertajuk ‘This is Your Brain on Tetris’ berdasarkan sebuah artikel di majalah Wired oleh Jeffrey Goldsmith. Ia menunjukkan seperti apa otak ketika sedang bermain Tetris.

Yakni, terjadi peningkatan metabolisme glukosa yang seperti efek sedang high. Menurut Goldsmith, yang diwawancari Ackerman untuk bukunya, Tetris memiliki metafora biokimia yang menciptakan kreativitas dan penciptaan.

“Mengorganisir balok agar pas, membangun, memperbaiki, dan upaya untuk mengerti. Seluruh aktivitas mental menjadi sebuah analogi yang membuat kita kecanduan,” kata Goldsmith.

Sayangnya, Pajitnov tak menjadi pusat perhatian. Melainkan Robert Stein dari Andromedia Media yang sejak awal mengamankan deal untuk membawa Tetris keluar dari Iron Curtain. Sesuatu yang tak begitu dipahami Pajitnov.

Stein mengetahui game ini saat berada di Hungaria pada 1986 dan langsung menangkap potensi keuntungan. Tak perlu banyak software dan hardware, namanya sudah cukup abstrak untuk seluruh dunia.

“Game ini tak punya cerita, dialog, maupun karakter. Abstrak inilah yang menjadikannya universal,” lanjut Ackerman. Tetris pun mendunia berkat peran besar Atari, Nintendo, dan Uni Soviet.

Salah satu kunci utama sukses itu adalah timing. Menurut Ackerman, ini adalah contoh unik ketika sebuah ide, produk, dan era bergabung jadi satu di saat yang tepat. Tetris pun lompat dari hobi seorang kutu buku menjadi hal mainstream.