Cek BAB, Deteksi Dini Kanker Kolorektal [ezyhealth]

Cek BAB, Deteksi Dini Kanker Kolorektal

PinkKorset.com, Jakarta – Waspadai bila Anda mengalami buang air besar (BAB) berdarah. Bisa jadi itu adalah gejala kanker kolorektal.

Kanker kolorektal adalah kanker yang tumbuh pada usus besar (kolon) atau pada rektum.

Beberapa faktor kemungkinan yang menyebabkan kanker ini adalah pola makan yang salah, obesitas, faktor keturunan (risiko 3-6%), serta jarang melakukan aktivitas fisik.

Kanker kolorektal biasanya terjadi akibat pertumbuhan sel yang tidak ganas (adenoma), awalnya membentuk polip. Polip itu dapat diangkat, namun seringkali adenoma yang  tidak terdeteksi, dalam waktu yang cukup lama berpotensi menjadi kanker.

Menurut data World Health Organization (WHO), kanker kolorektal menempati posisi ke tiga (lebih dari 940 ribu kasus) setelah kanker paru (1,2 juta kasus baru pertahun) dan kanker payudara (1 juta kasus).

Di Indonesia, kanker kolorektal juga menempati urutan kanker nomor tiga paling banyak ditemui setelah kanker payudara dan paru.

Spesialis Bedah & Konsultan Bedah Digestif MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, dr. Benny Philippi, Sp.B, KBD mengatakan, gejala kanker kolorektal dapat diamati melalui perubahan pola buang air besar (BAB).

Ia mencontohkan frekuensi BAB yang semakin lama, harus dibantu obat dan BAB tidak tuntas. Selain itu, BAB biasanya disertai bentuk tinja yang tidak biasa.

“Setelah terindikasi kanker ini, bentuk tinja menjadi cair (mencret) maupun kecil (seperti kotoran kambing). Padahal sebelumnya berbentuk besar, lunak dan padat,” katanya di Jakarta, baru-baru ini.

Ia pun menyarankan untuk mewaspadai adanya darah yang menyebabkan tinja terlihat gelap. Munculnya darah menandakan perdarahan di saluran cerna. “Perdarahan di usus besar adalah indikasi kanker kolorektal,” ucap Benny yang juga anggota International Gastro Surgical Club.

Namun, lanjutnya, ada pula tinja dengan darah yang tak terlihat. Diperlukan tes darah samar (Fecal Occult Blood Test/FOBT). Menurutnya, FOBT yang dilakukan 1-2 tahun sekali menekan angka risiko kematian akibat kanker kolorektal 15%-33%.

Perdarahan kronis pada usus besar mengakibatkan anemia. Berat badan semakin menurun akibat nafsu makan berkurang. Pasien pun sering merasa lelah.

“Bila dibiarkan akan menjalar ke liver, menyebabkan penyakit kuning dan perbesaran hati,” katanya lagi.

Kemudian, pemeriksaan kanker kolorektal dilanjutkan dengan pemeriksaan kolonoskopi, sigmoidoskopi, double-contrast barium enema dan kolonoskopi virtual.

Untuk mencegah timbulnya risiko kanker kolorektal, menyarankan untuk, jalankan pola makan yang baik dengan mengonsumsi makanan berserat dan berprotein tinggi dan mengurangi daging merah dan lemak jenuh dari hewani.

Selain itu, biasakan olahraga, atau setidaknya aktivitas fisik secara rutin, dan menggonsumsi obat-obatan, seperti aspirin dan obat yang dapat meredakan nyeri, menurunkan panas dan anti-radang.