Chip Pengendali Parkinson [parkinson]

Chip Pengendali Parkinson

PinkKorset.com, Jakarta – Sebuah rangkaian chip dapat menstimulus otak untuk meringankan gejala parkinson. 

Chip bernama Deep Brain Stimulation (DBS) menjadi operasi pelengkap pasien parkinson, ketika obat khusus penyakit ini, levodopa, sudah tidak lagi berpengaruh banyak.

Dokter Spesialis Bedah Saraf Parkinson’s and Movement Disorder Center Dr. dr. Made Agus M. Inggas, SpBS mengatakan, DBS dapat meringankan gejala parkinson.

Caranya adalah dengan merangsang sel otak dalam memproduksi salah satu neurotransmitter pemberi sinyal ke sel untuk mengendalikan tubuh, dopamine.

Ini berarti, gejala parkinson dapat diatasi dan dan dosis obat berkurang. “Tetapi DBS bukan menghentikan parkinson melainkan memperlambat perjalanan penyakit,” katanya di Jakarta, baru-baru ini.

DBS adalah operasi yang dilakukan dengan menanam elektroda (chip) pada area tertentu di otak bagian dalam. Chip ini dihubungkan dengan kabel ke baterai yang diletakkan di dalam dada pasien sebagai sumber arus listrik. Baterai dapat diganti setiap delapan tahun.

Tujuan DBS yakni mengatasi gangguan parkinson meliputi tremor, kaku dan gerak lambat. Rata-rata pasien merasakan peningkatan perbaikan motorik sekitar 75 – 87%.

Namun, tidak semua pasien parkinson bisa dilakukan operasi DBS. Menurut Dr. Made, DBS dapat dipasang pada pasien yang benar-benar parkinson, dan telah memiliki penyakit ini minimal lima tahun, khususnya pada stadium 3–4.

Perjalanan parkinson sebelum lima tahun tidak disarankan melakukan DBS karena kondisi otak masih bagus. “Tetapi operasi DBS pada stadium lima sama sekali tidak membantu kondisi pasien, karena parkinson sudah merusak hampir seluruh tubuh,” katanya lagi

Meski begitu, saat ini DBS menjadi alternatif pengobatan parkinson dan lebih aman ketimbang operasi sebelumnya, lesioning. Hal ini karena lesioning itu membakar sel otak sehingga rusak permanen. “Sementara DBS hanya merangsang otak dan tidak merusaknya,” katanya lagi.

Teknik operasi DBS telah disetujui Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat sejak 2002 untuk mengobati masalah essential tremor, parkinson, dystonia dan obsessive compulsive disorder (sindrom tourette). Sementara DBS mulai hadir di Indonesia sejak 2014 dan telah diterapkan pada 12 pasien parkinson.

Operasi DBS membutuhkan dana paling sedikit Rp399 juta utuk kelas tiga dan sudah termasuk obat serta kamar perawatan tujuh hari.