Hasil Mastektomi tak Memuaskan Perempuan? [saferadiotherapy]

Hasil Mastektomi tak Memuaskan Perempuan?

PinkKorset.com – Pengangkatan payudara atau mastektomi menjadi pilihan bagi pengidap kanker payudara. Namun ternyta, menurut sebuah studi, hasilnya tak memuaskan perempuan. Mengapa?

Sebuah penelitian yang dipublikasikan di Journal of Clinical Oncology pada Senin (7/3/2016) menyebutkan, mengangkat kedua payudara atau mastektomi ganda tak begitu saja memperbaiki kualitas hidup perempuan.

Di studi ini, periset dari Duke Cancer Institute meneliti hampir empat ribu perempuan yang pernah menjalani operasi kanker payudara. Mereka meneliti tingkat psikososial, fisik, dan kondisi seksual, serta kepuasan payudara.

Dalam studi yang ikut didanai Plastic Surgery Foundation ini ditemukan, meski perempuan menjalani mastektomi profilaksis atau mastektomi pencegahan dan melaporkan daya tahan tubuh meningkat, hasilnya tak jauh beda antara yang melakukannya dan tidak.

Menurut para penulis, jumlah perempuan yang melakukan mastektomi profilaksis meningkat. Terutama mereka yang terdeteksi stadium awal pada satu payudara dan tanpa risiko genetis keturunan seperti gen BRCA.

“Mastektomi profilaksis tidak memperpanjang usia dan tak begitu memperbaiki kualitas hidup, kecuali si perempuan memiliki gen mutasi yang membuatnya amat berisiko mengidap kanker,” demikian penulis senior studi ini, Dr. Shelley Hwang.

Dr. Hwang yang kepala operasi payudara di Duke Cancer Institute menambahkan, mastektomi profilaksis kadang juga dilakukan untuk alasan kosmetik serta pasien yang berharap kanker tak lagi kembali.

Studi Duke ini bukan yang pertama menyatakan mastektomi tak selalu berujung pada membaiknya kondisi kesehatan. Seperti yang Desember lalu disampaikan periset University of Texas MD Anderson Cancer Center dalam 2015 San Antonio Breast Cancer Symposium.

Mereka mencatat, 21% perempuan dengan kanker payudara stadium awal dan melakukan operasi lumpektomi atau hanya pengangkatan kanker dan jaringan di sekitarnya, akan hidup 10 tahun lebih lama ketimbang mereka yang melakukan mastektomi.

Para ahli kanker masih terus mempertanyakan status quo perawatan kanker payudara guna membantu perempuan dan dokter mereka membedah baik buruknya prosedur mastektomi. Harapannya, studi-studi ini bisa membantu membuat keputusan tindakan medis.