Nasihat Karir dari Para Pemred Fesyen [bustle]

Nasihat Karir dari Para Pemred Fesyen

PinkKorset.com – Para pemimpin redaksi ini memiliki banyak pengalaman bekerja di media fesyen kelas dunia. Mereka berbagi seputar karir di bidang itu untuk Anda yang masih newbie.

Beberapa waktu yang lalu, para pemimpin redaksi majalah fesyen terkemuka ini berkumpul dalam talkshow mengenai karir di bidang fesyen khususnya media. Mereka adalah Robbie Myers dari Elle, Ariel Foxman dari InStyle, dan Amy Astley dari Teen Vogue. Berikut sejumlah nasihat mengenai bekerja di media fesyen.

Jangan bekerja di bidang fesyen karena pekerjaan ini terlihat keren di televisi. Ketahuilah bahwa bidang ini tak seperti yang tampak di televisi atau film The Devil Wears Prada. Pekerjaan ini tak seglamor kelihatannya. Jika Anda tak suka menulis, styling, maupun aspek lain pada industri fesyen, Anda takkan bertahan lama. “Anda harus terobsesi dengan fesyen hingga merasa gembira saat minum kopi dan sengsara saat tak bisa,” kata Foxman.

Perhatikan semuanya saat masih berstatus magang, termasuk departemen lain yang bukan bagian Anda. “Anda tak mungkin langsung jadi redaktur. Magang adalah titik awal yang tepat karena Anda bisa melihat semua yang terjadi,” Astley menjelaskan. Media memiliki banyak departemen dengan tugas berbeda-beda. Belum lagi sisi penerbitan dan marketing. Pelajari semuanya sebisa Anda. Perhatikan semua orang saat Anda ikut meeting.

Tak perlu repot menulis ‘cover letter’. Para editor takkan melihatnya. Mereka merekomendasikan resume disertai catatan pendek mengapa Anda cocok untuk pekerjaan itu. Mereka juga memilih komunikasi digital. Seperti Astley yang mengaku jarang membuka amplop, apalagi membaca surat di dalamnya. “Saya mencari Anda secara online dan tak pernah membaca cover letter,” imbuh Foxman. Lulusan sekolah jurnalisme bukan jaminan diterima atau tidak.

Aktif di sosial media. Waktu yang Anda habiskan untuk bermedsos tak sia-sia. Aktivitas sosmed merupakan cara mereka mengintip kepribadian Anda. Sebaiknya bikin akun sosmed dan gunakan sehingga Anda tak tampak ketinggalan jaman. “Aneh rasanya di jaman ini tak punya sosmed,” kata Foxman mengenai calon karyawan. Namun begitu, sebaiknya usahakan akun dan aktivitas sosmed Anda ‘bersih’.

Manfaatkan jaringan digital. “Anda tinggal di jaman digital yang nyaris tak terbatas, manfaatkan hal itu,” kata Foxman. Temukan pengguna sosmed lain dan terlibat dengan mereka sehingga Anda punya suara. Jadilah bagian dari sebuah lingkaran. Bersikaplah seimbang, jangan agresif. Pastikan Anda memiliki profil yang diciptakan dengan hati-hati dan suara yang konsisten.

Hindari membuat ‘master plan’. Tak satupun pemred ini tahu mereka akan memimpin media fesyen, ketika mulai bekerja. Semua menempuh jalan panjang. Carilah seorang mentor atau bos yang dikagumi dan bisa membimbing. “Dengarkan orang yang bisa ‘melihat’ semuanya. Biarkan mereka mempengaruhi langkah Anda selanjutnya,” lanjut Foxman. Myers menyetujui hal ini dan menambahkan, sebaiknya perhatikan orang-orang tersebut. “Ambil risiko, terbukalah dan penasaran mengenai apa yang akan terjadi meski bukan hal yang paling glamor,” ia menjelaskan.

Persiapan wawancara. Hal pertama yang harus diketahui dan tak seharusnya diajarkan lagi, setiap pelamar harus mempelajari, luar dan dalam, brand yang hendak mereka datangi. Seringkali, kandidat mengaku terobsesi tapi tak memiliki pengetahuan yang baik. “Mereka hanya membaca edisi terakhir. Jangan buang waktu kami. Anda takkan menapat pekerjaan itu dan tak seharusnya ikut wawancara,” kata Foxman.

Jangan pula terlalu meributkan apa yang Anda kenakan saat wawancara. Pakaian yang sopan memang penting, tapi bukan berarti harus berdandan ala fashionista atau tampak supertrendi. Hati-hati dengan apa yang Anda kenakan atau bawa. Pemred seperti Astley, misalnya, kurang menyukai pelamar yang datang mengenakan pakaian atau membawa tas bermerek. “Ini pekerjaan entry level, bukan untuk seseorang yang punya banyak uang. Dress for the job you want, not the job you have,” paparnya.

Sampaikan tujuan Anda kepada pewawancara. Kesan yang baik, kata Foxman, adalah ketika Anda menyampaikan dengan jelas apa tujuan menghadiri wawancara kerja tersebut. “Katakan (kepada pewawancara), ‘saya ingin pekerjaan ini dan saya akan hebat melakukannya’,” imbuh Myers. Ia juga menyukai kandidat yang melontarkan pertanyaan cerdas dan sudah dipikirkan dengan baik, di akhir wawancara.

BONUS TIP: Semua pemred sepakat, sikap baik sangat penting. Tak ada yang mau mempekerjakan seseorang dengan attitude buruk. “Orang menyenangkan disukai dan mereka menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Berbaiklah pada semua orang seiring perjalanan naik ke atas. Tak ada orang di industri ini yang berada di ‘bawah’ Anda,” Myers berujar.