Gangguan Pernapasan Intai Pemudik [wikipedia]

Gangguan Pernapasan Intai Pemudik

PinkKorset.com, Jakarta – Kemacetan saat mudik berisiko memicu berbagai penyakit yang bisa saja berujung pada kematian.

Mudik Lebaran 2016 di Indonesia menjadi buah bibir saat tersiar kabar belasan nyawa melayang. Bukan karena kecelakaan, melainkan kemacetan parah di jalan Tol Pejagan Brebes Exit (Brexit) dan ruas Pantura Cirebon hingga Tegal.

Sebenarnya, banyak faktor yang menjadi penyebab kematian para pemudik di tengah kemacetan.

Namun salah satu yang paling berisiko adalah gangguan pernapasan. Padatnya lalu lintas memicu munculnya infeksi saluran napas, seperti common cold, influenza dan infeksi saluran napas atas (ISPA).

Pada kondisi jalan macet, terjadi peningkatan polusi udara yang mengandung gas iritan seperti nitrit oksida (NOx), ozon (O3), sulphur dioksid (SOx) dan gas asfiksian seperti karbondioksida (CO2) serta karbonmonoksida (CO). Tak hanya itu, komponen polutan lain dari kendaraan bermotor adalah particulate matter (PM) seperti PM 10, PM 2,5 yang umumnya bersifat iritatif.

Seluruh bahan polutan tersebut biasanya menyebabkan iritasi pada mukosa mata (mata merah dan berair), hidung berair, gatal, mampet, sakit tenggorokan, gatal tenggorokan dan batuk-batuk, sesak napas serta batuk berdahak.

Proses iritasi ini dapat meningkatkan akumulasi kuman di saluran napas dan meningkatkan terjadinya infeksi saluran napas akut (ISPA).

Selain itu, bahan polutan bersifat asfiksian (CO2 dan CO) menyebabkan sesak napas akibat kekurangan oksigen (asfiksia). Kedua gas ini juga bersifat toksik karena menurunkan kandungan oksigen dalam darah (hipoksemia). Gas CO2 juga bersifat asfiksian fisik yakni mengurangi kadar oksigen dalam udara bebas.

Semua kondisi ini biasanya dialami pemudik dengan kendaraan bermotor roda dua.

Namun, bukan berarti pemudik dengan kendaraan roda empat aman dari semua risiko tersebut. Akumulasi gas CO2 di dalam ruang tertutup atau kabin kendaraan juga dapat terjadi sehingga kadar oksigen berkurang.

Gas CO juga mengurangi kadar oksigen dalam darah. Hal ini karena CO berikatan dengan sel darah merah (hemoglobin) 300 kali lebih kuat ketimbang oksigen. Gejala akibat menghirup gas ini antara lain mual-mual, sakit kepala atau pusing. Bila terakumulasi dapat menimbulkan sesak napas, kesadaran menurun, pingsan hingga kematian.

Kondisi pemudik juga diperparah dengan faktor lain seperti kurang istirahat, stres psikologis, asupan makanan tidak teratur atau tidak optimal, kepadatan populasi dan kontak dengan tempat umum tidak higienis.