Peran Ibu di Balik Kemajuan Bangsa [freshparentingideas]

Peran Ibu di Balik Kemajuan Bangsa

PinkKorset.com, Jakarta – Tidak dipungkiri kemajuan suatu bangsa selaras dengan pertumbuhan generasi berkualitas.

Adanya generasi berkualitas dipengaruhi jumlah ibu yang cerdas. Apa alasannya?

Psikolog Pendidikan Analisa Widyaningrum M.Psi mengatakan, ada literatur  yang menjelaskan secara genetik, kecerdasan anak diwariskan dari ibu dan disempurnakan pola asuh yang membentuk kepribadian anak yang berkualitas.

“Karena itu, ibu berperan besar dalam kemajuan bangsa,” ucapnya saat acara Wardah Cosmetics-Ibu, Inspirasi Duniaku di Jakarta, Rabu (14/12/2016).

Kecerdasan yang diturunkan ibu kepada anak diperkuat melalui penelitian yang dipublikasi Psychology Spot (2016) menyebutkan, gen kecerdasan menurun dari perempuan melalui kromosom X. Apalagi perempuan memiliki dua kromosom X yang memberikan peluang dua kali lipat mewariskan kecerdasan kepada anak ketimbang laki-laki yang hanya memiliki satu kromosom X.

Bahkan penelitian ini diperkuat riset Medical Research Social Council (2006) yang menyimpulkan faktor penentu kecerdasan anak didominasi tingkat IQ ibu. Penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai 12.686 responden (14-22 tahun) di Amerika Serikat berdasarkan latar belakang pendidikan anak dan status sosial ekonomi yang beragam.

Lisa begitu akrab disapa menambahkan, mewarisi kecerdasan saja tidak cukup untuk mewujudkan kemajuan bangsa.

“Diperlukan peran ibu dalam mendidik anak di rumah agar terbentuk kepribadian anak yang berkarakter,” sambungnya

Ia memberikan contoh lemahnya pendidikan karakter anak di Indonesia ketika menjumpai anak kelas 1 SD yang tidak mau sekolah akibat stres dengan guru dan temannya usai dibuli karena tidak mampu membaca, menulis dan berhitung (calistung).

Sementara ia mengamati siswa kelas 1 SD di Australia justru hanya sebatas mampu mengenal alfabetis dan angka. Pendidikan sebelumnya (TK) justru diisi dengan bermain sambil mengembangkan karakter seperti belajar mengantre dan berempati. Hal ini berbanding terbalik di Indonesia. Banyak anak masih dijejali ‘PR’ untuk mampu calistung sejak usia TK.