Waduh, Obat Alergi Bikin Pikun? [abc7]

Waduh, Obat Alergi Bikin Pikun?

PinkKorset.com – Sebuah studi di Amerika Serikat (AS) menungkapkan, obat atau pil alergi dan insomnia ternyata memiliki efek samping pada jangka panjang.

Studi yang dipublikasikan Senin (18/4/2016) di AS ini menyatakan, obat alergi ternyata berkaitan erat dengan gangguan kognitif dan peningkatan risiko demensia atau pikun.

Contoh obat-obatan dalam riset ini yang masuk kategori berbahaya sehingga menimbulkan efek samping dalam jangka waktu panjang antara lain, Benadryl, Demerol, Dimetapp, Dramamine, Paxil, Unisom, dan VESIcare.

Sejumlah obat-obatan tersebut dijual bebas tanpa resep dokter dan obat lainnya dijual dengan resep dokter untuk menyembuhkan sejumlah penyakit seperti hipertensi, jantung, dan sebagainya.

Studi terbaru ini dilakukan untuk menganalisa perubahan fisik yang dipengaruhi dengan menurunnya daya ingat seseorang.

Menggunakan teknik efek gambar, para peneliti Indiana University School of Medicine menemukan metabolisme tubuh partisipan menurun. Selain bentuk otak mengecil setelah mengonsumsi obat-obatan tersebut dalam jangka waktu yang lama.

“Penemuan ini menunjukkan pemahaman kita mengenai bagaimana obat-obatan berpengaruh terhadap gangguan otak dan pikun jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama,” ujar Shannon Risacher, asisten profesor radiologi dan sains.

Studi ini meliputi 450 orang partisipan dengan total rata-rata berusia 73 tahun. Sebanyak 60 orang diantaranya mengonsumsi obat dengan tingkat aktitivitas sehari-hari sedang hingga tinggi.

Untuk mengidentifikasi perubahan fisik dan fisiologis yang dapat dikaitkan dengan efek dilaporkan, peneliti menilai hasil uji memori dan kognitif; PET scan, untuk mengukur metabolisme otak; dan MRI scan, untuk menilai struktur otak.

Tes kognitif mengungkapkan, orang yang memakai obat antikolinergik dilakukan lebih buruk pada tes memori jangka pendek, serta pada beberapa tes fungsi eksekutif, termasuk penalaran verbal, perencanaan dan pemecahan masalah.

“Temuan ini mungkin memberi kita petunjuk untuk dasar biologis untuk masalah kognitif yang terkait dengan obat antikolinergik, namun penelitian tambahan diperlukan jika kita ingin benar-benar memahami mekanisme yang terlibat,” kata Risacher.