Bumil Bisa Kurangi Risiko Asma

PinkKorset.com – Sebuah studi yang dilakukan University of Copenhagen di Denmark menunjukkan, ibu hamil bisa membantu mengurangi risiko bayinya mengidap asma.

Periset merekomendasikan bumi mengonsumsi suplemen omega-3 untuk mengurangi risiko bayi yang dikandung mengidap asma. Mereka meneliti 700 perempuan saat usia kandungannya 24 pekan hingga anak mereka berusia lima tahun.

Selama trimester ketiga masa kandungan, ketika paru-paru bayi terbentuk, para perempuan ini diberi dua pilihan dosis harian. Yakni asam lemak polyunsaturated yang diperoleh dari minyak ikan sebanyak 2,4 gram atau minyak zaitun juga dalam takaran sama.

Dalam observasi yang berlangsung selama lima tahun, 17% anak (119) yang ibunya diberi minyak ikan mengalami sesak napas atau asma. Sedangkan pada anak yang ibunya diberi minyak zaitun, angkanya 24% (168). Perbedaannya mencapai 29%.

Kelompok minyak ikan juga menunjukkan menurunnya bronchitis, pneumonia, dan infeksi saluran pernapasan lainnya. Secara umum, asam lemak omega-3 dikenal bisa menurunkan peradangan. Sehingga omega-3 berperan dalam pencegahan keluhan pernapasan.

Namun periset juga menyatakan, hasil paling positif terjadi pada ibu yang darahnya paling sedikit mengandung omega-3. Umumnya, orang tidak mengonsumsi cukup asam lemak, yang berfungsi penting dalam kesehatan kognitif, kardiovaskular dan sistem imun.

Dosis omega-3 untuk studi ini 15-20 kali lebih tinggi ketimbang konsumsi rata-rata, misalnya pada orang Amerika. Periset menyimpulkan, suplemen omega-3, yang dikenal bebas efek samping, sebaiknya diberikan pada bumil yang punya sejarah keluarga mengidap asma.

Adapun studi lain oleh University of Kansas menunjukkan, vitamin D yang cukup selama trimester kedua kehamilan bisa mengurangi risio asma pada anak. Hanya 10 menit di bawah sinar matahari per hari sudah dosis vitamin D yang cukup bagi bumil.

Pada saat bersama, memberi ASI pada setahun pertama bisa mengubah gen yang terkait asma. Juga mengurangi risiko genetik mengidap keluhan pernapasan hingga 27%, menurut studi European Lung Foundation yang disampaikan tahun lalu.