Hati-hati, Jangan Abaikan Skoliosis [emaze]

Hati-hati, Jangan Abaikan Skoliosis

PinkKorset.com, Jakarta – Kelainan tulang belakang yang melengkung perlu ditangani sejak dini untuk mencegah masalah komplikasi serius.

Dokter Spesialis Bedah Tulang Punggung MRCCC Siloam Hospitals Kebon Jeruk, dr. Phedy, SpOT-Spine menjelaskan, mengabaikan skoliosis dapat menyebabkan nyeri punggung parah yang menetap hingga membahayakan organ tubuh lainnya.

“Skoliosis dapat menekan fungsi jantung dan paru,” ucapnya saat media gathering Siloam Hospital Kebon Jeruk di Jakarta beberapa waktu lalu.

Skoliosis bertambah berat ketika derajat kemiringan lengkung tulang belakang tidak diatasi. Tulang belakang yang melengkug lebih dari 70 derajat menyebabkan pasien skoliosis mengalami kesulitan bernapas dan jantung sulit memompa darah ke seluruh tubuh. kondisi ini memicu pneumonia dan gagal jantung.

Penyakit ini juga menyerang saraf yang menimbulkan nyeri punggung, kaki lemas, mati rasa, sulit buang air kecil dan BAB hingga impotensi. Umumnya gejala skoliosis ditandai salah satu pinggul menonjol, tubuh condong ke satu sisi, salah satu bahu lebih tinggi, salah satu tulang belikat lebih menonjol dan panjang kaki tidak seimbang.

Berbeda dengan tipe degeneratif, kongenital dan neuromuskular, skoliosis idiopatik tidak diketahui penyebabnya. Namun, penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak sebelum pubertas. Oleh karena itu penting melakukan deteksi dini. Scoliosis Research Society menganjurkan skrining pada remaja laki-laki umur 12-13 tahun dan remaja perempuan 10 dan 12 tahun.

“Skrining pada perempuan dianjurkan dua kali karena lebih berisiko,” sambungnya.

Skrining pada umur tersebut diperlukan untuk memudahkan penyembuhan skoliosis. Bila derajat kemiringan tulang belakang ditemukan sebelum mencapai 40 derajat dapat melakukan latihan fisik maupun menggunakan korset 23 jam per hari. Tetapi korset tidak berguna meluruskan tulang belakang bila ditemukan skoliosis di atas umur 18 tahun.

“Kemiringan di atas 40 derajat membutuhkan bedah. Tapi tindakan ini berisiko tinggi pasien menjadi lumpuh,” pungkasnya.